REPUBLIKA.CO.ID, Banyak mualaf yang ternyata juga ikut menorehkan dalam sejarah dunia. Berikut di antaranya:
[3] Zaganos Pasha (tidak diketahui-1461 M)
Keturunan Yunani atau Albania ini ditempatkan dalam pasukan elit Janisaary yang berada di bawah komando Dinasti Turki Usmani. Seperti Janissary lainnya, Zaganos Pasha diajarkan Islam, administrasi sipil, dan seluk beluk militer. Ia kemudian ditunjuk menjadi pembimbing dan penasihat Mehmed II muda, yang kelak menjadi sultan ke tujuh dalam Dinasti Turki Usmani.
Saat Mehmed II menjadi sultan, ia menunjuk Zaganos Pasha menjadi penasihat terutama dalam rencana penaklukan Konstantinopel pada 1453 M. Saat penaklukan Konstantinopel berjalan, Zaganos Pasha diberi tugas sebagai kepala pasukan di bagian utara kota. Pasukannya termasuk yang pertama kali berhasil menaklukan benteng Konstantinopel.
Kemahsyuran Zaganos Pasha dikenang masyarakat kampung halamannya di Balikesir dan Edirne dengan menggunakan namanya untuk masjid, sekolah, dan berbagai fasilitas umum lainnya.
[4] Ibrahim Muteferrika (1674 M-1745 M)
Dinasti Turki Usmani pernah mengalami stangnansi inovasi. Ibrahim Muteferrika, seorang berdarah Hungaria yang kemudian menjadi Muslim, berperan penting dalam memecah kebekuan itu.
Ia menjadi duta Dinasti Turki Usmani bagi Perancis dan Swedia. Kembali ke Istanbul, ia membawa ide Renaissance dan penggunaan mesin cetak. Ia berhasil mengopi atlas, kamus, dan buku-buku religius.
Di antara banyak karya yang dicetakany, ada atlas buatan ahli geografi terkenal Katip Çelebi yang membuat ilustasi dunia dengan detil dan tingkat presisi yang mengagumkan saat itu. Muteferrinka juga menulis dan mencetak buku-buku dengan berbagai topik seperti sejarah, teologi, sosiologi dan astronomi.
[5] Alexander Russel Webb (1846 M-1916 M)
Di akhir abad ke-19, jurnalisme menjadi bagian penting yang efektif dalam memengaruhi masyarakat Amerika Seikat. Alexander Russel Webb termasuk salah satu orang yang berperan di dalamnya. Ia menjadi jurnalis dengan karya yang banyak dibaca publik.
Mulai tak yakin dengan agama Kristen yang dianutnya, Webb mulai mempelajari agama lain dan menaruh ketertarikan kepada Islam. Saat ditunjuk Departemen Luar Negeri AS untuk bekerja di Kedutaan Filipina pada 1887, ia mulai berkorespondensi dengan Muslim di India.
Meski awalnya mengenal Islam melalui gerakan Ahmadiyyah, ia sebenarnya menemukan gagasan utama tentang Islam. Ia menjelajah negara-negara Muslim dan mempelajari Islam dengan para ulama. Pada 1893, ia pensiun dari Departemen Luar Negeri dan kembali ke AS.
Di AS, ia mempublikasikan sejumlah buku tentang Islam dan memulai mengelola surat kabar Islam yang menjelaskan tentang Islam kepada publik AS. Di awal abad 20, ia dianugerahi penghargaan oleh Sultan Abdulhamid II. Webb meninggal pada 1916 dan dimakamkan di Rutherford, New Jersey.