Sabtu 24 May 2014 04:00 WIB

Kisah Mualaf dari Masa ke Masa (1)

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang warga Tionghoa menahbiskan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta Pusat.  (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang warga Tionghoa menahbiskan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta Pusat. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Masalah legitimasi yang sudah muncul sejak Dinasti Abbasiyah berdiri dan membawa dampak besar pada hilangnya sebagian besar wilayah yang dipimpin umat Islam. Ini semakin serius dengan rongrongan dan bujuk rayu agar Muslim non-Arab untuk meninggalkan Islam.

Encyclopedia Britannica menulis pada masa kekuasaan Dinasti Seljuk (abad ke-11 hingga abad ke-14), pertambahan jumlah mualaf cukup pesat melalui perkawinan. Elit penguasa Bizantium pun berhasil diganti oleh kalangan Muslim Turki. Mereka juga lah yang mulai membentuk pasukan elit kerjaan, Mamluk, yang merupakan pasukan kaum budak.

Bergantinya kepemimpinan membuat tekad penyebaran Islam ke berbagai wilayah kembali tumbuh pada masa Dinasti Turki Usmani (1517-1800-an). Stanford J. Shaw dan Gokhan Cetinsaya dalam artikel Ottoman Empire di The Oxford Encyclopedia of the Islamic World menulis sepanjang ekspansi Islam pada abad ke-14 hingg abad ke-17.

Kala itu, Usman I melakukan ekspansi ke sejumlah wilayah yang didominasi penganut Kristen di Eropa Selatan hingga ke Danube. Para penganut Kristen yang ditaklukan diperbolehkan untuk tetap memeluk agama mereka dan bergabung dalam pasukan Dinasti Turki Usmani. Mereka dilibatkan dalam melanjutkan misi ekspansi ke berbagai wilayah.

Sultan di era Dinasti Turki Usmani juga memberlakukan sistem devsirme bari para remaja putra di abad 15 dan 16. Di bawah bendera Sultan, para remaja Kristen direkrut untuk dijadikan tentara yang digaji pemerintah. Mereka menjadi mualafa dan dididik dengan 'Gaya Turki Usmani'. Metode tak hanya memancing remaja putra di Eropa, tapi juga luar Eropa.

The Last Great Caliph: Abdülhamid II di laman lostislamichistory.com mengungkap pada 1901, Abdulhamid mengirim penasihatnya, Enver Pasha, bersama sejumlah ulama ke Cina. Di Shanghai, mereka diterima dengan baik oleh otoritas Cina, terutama oleh warga muslim setempat yang telah tinggal di Cina selama berabad-abad.

Abdulhamid turut membantu pendirian universitas Islam di Beijing yaitu Peking (Beijing) Hamidiye University. Tujuan Abdulhamid adalah untuk membangun perasaudaraan dan kebersamaan di antara umat Islam di bawah kekhalifahan.Usaha serupa juga membuatnya dikenal di India.

The National melansir negara Islam seperti Uni Emirat Arab dan Malaysia memberikan jatah zakat bagi para mualaf sebagai dorongan bagi mereka untuk makin memperdalam Islam dan mulai menjalankan kehidupan barunya sebagai Muslim.

Komiter Zakat Uni Emirat Arab memberikan zakat 1 juta Dirham kepada 100 mualaf pada 2010. Ini dilakukan untuk memperkuat rasa persaudaraan, kesetaraan dan keadilan di antara umat Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement