Kamis 15 May 2014 14:12 WIB

Kromoterapi Warisan Kedokteran Islam (5-habis)

Proses kromoterapi (ilustrasi).
Foto: Aylinyabanoglu1.blogcu.com
Proses kromoterapi (ilustrasi).

Oleh: Desy Susilawati

Dalam dunia kedokteran, Ibnu Sina tak hanya mempelajari teori kedokteran, tetapi juga perawatan/pelayanan pada orang sakit.

Melalui perhitungannya sendiri, ia menemukan metode-metode baru dari perawatan/pengobatan.

Ibnu Sina berujar, ''Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan fisika sehingga saya cepat memperoleh kemajuan. Saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien menggunakan obat-obat yang sesuai.”

Selain mendapat gelar Bapak Pengobatan Modern, masih banyak lagi predikat kehormatan yang diterimanya di bidang kedokteran. Itu terkait dengan keagungan karya-karya yang telah ia hasilkan.

Karyanya yang sangat terkenal adalah Al-Qanun fi at-Thibb (The Canon of Medicine) yang merupakan rujukan utama di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Avicenna yang juga dikenal sebagai seorang filsuf dan ilmuwan dilahirkan tahun 980 M di Afsyahnah dekat Bukhara, Persia (sekarang masuk wilayah Uzbekistan).

Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada bulan Juni 1037 M di Hamadan, Persia (Iran).

Ibnu Sina merupakan tokoh Muslim yang sangat produktif. Karya-karyanya tidak terbatas di bidang kedokteran saja, melainkan juga di bidang filsafat, matematika, logika, akhlak, dan fisika. Total ada sekitar 450 karya yang sampai ke tangan generasi sekarang.

Menurut George Sarton, Ibnu Sina merupakan ilmuwan hebat. “Ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement