REPUBLIKA.CO.ID, -- “Pendidikan karakter itu paling bagus dilakukan pada sore hingga malam hari sebab pada waktu itu emosional dan spiritual manusiia cenderung lebih aktif,” ujarnya.
Keberhasilan gerakan ini, menurut Abdul, tak bisa dilakukan sendirian oleh pemerintah. Karena itu, ia menggandeng seluruh kantor wilayah (kanwil) se-Indonesia untuk turut menggemakan gerakan tersebut.
“Teman-teman kanwil di tiap daerah bertugas melakukan kunjungan ke sejumlah mushalla, lalu menyosialisasikan gerakan ini sekaligus menyalurkan sumbangan dari pemerintah,” katanya menjelaskan.
Organisasi Islam setempat serta majelis taklim pun diajak untuk ambil bagian dalam sosialisasi. Keterlibatan orang tua di rumah juga merupakan hal yang sangat penting.
Sebagai pihak yang secara langsung bersinggungan dengan anak-anak, orang tua harus menjadi pengawal pertama anak-anaknya di rumah dalam berkegiatan setelah shalat Maghrib.
Direktur Penerangan Agama Islam Euis Sri Mulyani menerangkan, untuk mendukung Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji, Kemenag melakukan beberapa langkah yang berfokus pada penyaluran bantuan. Di antaranya, bantuan kepada 145 orang guru mengaji tradisional dan qariah di 33 provinsi.
Bantuan tersebut disalurkan melalui Lembaga Pengkajian Tilawatil Quran (LPTQ) dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat.
“Kami juga menyiapkan silabus berupa daftar bantuan berupa Iqra dan Juz Amma yang akan didistribusikan ke 33 provinsi.”