REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam di Indonesia tahun ini menghadapi saat menentukan. Menurut Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnaen, umat dihadapkan pada dua agenda yaitu pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.
Karena itu, kata dia, umat harus memilih pemimpin yang berpihak kepada kepentingan Islam. ‘’Kita harus bersatu dalam menyatakan sikap semacam itu,’’ katanya dalam Pengajian Politik Islam (PPI) di Masjid Al-azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (11/5).
Dalam memilih presiden, juga harus demikian. Ia khawatir jika presiden mendatang tidak memihak kepada umat Islam.
Dalam politik Islam, kata dia, sistem bukan menjadi persoalan namun yang lebih dilihat adalah sosok calon pemimpin.
Ia mencontohkan, pada masa Rasulullah, kemajuan umat Islam bukan disebabkan oleh sistem yang dipakai.
Namun, pemimpin Islam pada waktu itu memiliki sifat kepemimpin yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, jujur, amanah, dan bertanggung jawab.
Zulkarnaen menjelaskan, sejarah politik Islam pernah menggunakan berbagai sistem dalam memilih pemimpin.
Baik dengan sistem tunjuk langsung, musyawarah mufakat, dan sistem kekuasaan raja. Semua sistem itu tetap membawa dampak positif bagi umat Islam.
Ia tak sependapat terhadap kelompok yang memandang suatu sistem dianggap lebih penting daripada sosok figur dalam hal pemilihan pemimpin.
Karena, ia berkaca kepada sejarah politik Islam yang sukses dengan mengutamakan figur pemimpin daripada sistem politik.
Dengan pertimbangan itu, Zulkarnaen menegaskan kepada umat Islam untuk cerdas dalam memilih pemimpin.
“Pemimpin harus menjadi pengayom dan pelindung,” katanya. Zain Annajah, salah satu pembicara menuturkan, kekuasan sangat penting bagi tegaknya agama.
Menurutnya, menegakkan kekuasaan merupakan kewajiban dalam Islam. Sebab, kata Zain, tidak mungkin amar makruf nahi mungkar bisa tegak tanpak kekuatan dari kekuasaan.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta bersyukur dengan hasil pemilu legislatif tahun ini.
Menurutnya, telah terjadi konsolidasi yang kuat diantara partai-partai Islam. Suara-suara partai Islam mengalami peningkatan.
“Hasil yang diraih partai Islam tidak sesuai dengan yang diperkirakan oleh lembaga survei,” ujuarnya. Sebelumnya, lembaga survei memprediksi partai Islam terpuruk dalam pemilu 2014.
Anis mengatakan, suara yang diperoleh partai Islam cermin besarnya dukungan dari umat. Ia mengaku bahagia karena dalam situasi serangan yang terus dilancarkan kepada partai Islam, umat Islam bisa mengatasai serangan tersebut.
Untuk itu, kesadaran kolektif tersebut hendaknya dipertahankan. Ia juga meminta umat Islam mempunyai kesadaran politik global.’’Sebab, politik lokal muaranya berasal dari politik global,’’ katanya.