Ahad 11 May 2014 19:08 WIB

Umat Islam Harus Bersatu Dalam Berpolitik

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Chairul Akhmad
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat KH Tengku Zulkarnain.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat KH Tengku Zulkarnain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tahun 2014 merupakan tahun politik. Masyarakat Indonesia dihadapkan kepada dua agenda besar yaitu, pemilihan calon anggota legislatif yang baru saja selesai dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden yang segera akan dilaksanakan.

Persoalan politik coba dibahas oleh Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat KH Tengku Zulkarnain dalam ceramahnya pada Pengajian Politik Islam (PPI) di Masjid Al-azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (11/5).

Zulkarnain mengatakan, umat Islam harus memiliki sikap politik yang berpihak kepada Islam. “Umat Islam harus bersatu,” ujarnya.

Ia khawatir jika presiden mendatang tidak memihak kepada umat Islam. Sebab, kata Zulkarnain, partai pemenang pada pemilu legislatif berasal dari partai yang anti-Islam.

Di dalam politik Islam, lanjut Zulkarnain, sistem bukan menjadi persoalan dalam proses politik. Namun, politik Islam lebih melihat kepada sosok pemimpin. Menurutnya, figur lebih berperan daripada sistem politik dalam suatu negara.

Ia mencontohkan, pada masa Rasulullah, kemajuan umat Islam bukan disebabkan oleh sistem yang dipakai. Namun, pemimpin Islam pada waktu itu memiliki sifat kepemimpin yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, jujur, Amanah, dan bertanggungjawab.

Zulkarnain menjelaskan, sejarah politik Islam pernah menggunakan berbagai sistem dalam memilih pemimpin. Baik dengan sistem tunjuk langsung, musyawarah mufakat, dan sistem kekuasaan raja. Semua sistem tersebut tetap membawa dampak positif bagi umat Islam.

Untuk itu, Zulkarnain menegaskan kepada umat Islam untuk cerdas dalam memilih pemimpin. “Pemimpin harus menjadi pengayom dan pelindung,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement