REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Warga Aceh tidak terpengaruh dengan terjangkitnya virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Arab Saudi, sehingga belum ada yang membatalkan untuk berangkat ibadah umrah ke Tanah Suci Mekkah.
Direktur PT Lamuri Ebad Wisata Lukman Age menyatakan sebenarnya masyarakat di sini mengetahui masalah virus MERS, tapi mereka tetap berangkat, karena memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. "Sebenarnya masyarakat tahu tentang kasus MERS melalui pemberitaan di media massa, namun mereka tetap berangkat ke Tanah Suci, dan mereka akan berat-hati di sana," katanya.
Hal yang senada juga dikemukakan Direktur Travel Iskandaria Tengku Haji Yahya yang menyebutkan, warga Aceh yang telah mendaftar di travel miliknya belum ada yang mengajukan permohonan untuk membatalkan keberangkatan ke Mekkah.
Ia mengatakan, kondisi di Arab Saudi, khususnya di Mekkah, situasinya biasa saja dan bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan.
Oleh karena itu, Yahya mengimbau kepada seluruh calon jamaah Umrah asal Aceh yang hendak berangkat agar bisa mempersiapkan segala hal dalam upaya pencegahan terjangkit virus MERS tersebut. Salah seorang perwakilan PT Pintu Kabah, Cak Nur juga mengatakan, situasi di Tanah Suci biasa-biasa saja, artinya isu MERS tidak berpengaruh dengan jamaah yang melaksanakan ibadah Umrah.
"Memang ada pesan singkat di hand Home dari pihak kesehatan di Arab Saudi, agar jamaah menjaga kesehatan, seperti membiasakan mencuci tangan pada saat mau makan dan tidur," kata Cak Nur yang sedang membawa jamaah Umroh dari Aceh.
Selanjutnya, Tengku H Hanansyah, salah seorang warga yang baru pulang Umrah menilai, kasus virus MERS terlalu dibesar-besarkan di Tanah Air. Padahal, menurut dia, kasus virus MERS di Arab Saudi, khususnya di Mekkah tidak ada masalah dan semua jamaah dari penjuru dunia tetap khusus melaksanakan ibadah Umrah dan ibadah-ibadah lainnya.
Dikatakan, kalau bicara jamaah yang meninggal, hampir setiap hari ada jamaah yang meninggal di Tanah Suci dan itu hal yang biasa dan tidak ada yang dikaitkan dengan virus MERS. Ia juga menyatakan, kasus ini sepertinya hanya dibesar-besar di Indonesia, sedangkan di Malaysia, bahkan di Arab Saudi sendiri tidak.
"Kami datang dan pulang dari Bandara King Abdul Aziz tidak diperiksa, demikian juga ketika kami transit di Bandara Kuala Lumpur, juga tidak diperiksa terkait dengan virus MERS," katanya.