Oleh: Mohammad Akbar
Rabithah Haji Indonesia menilai, penyelenggaraan manasik haji di Indonesia berlangsung cukup singkat. Dan ini masih belum efektif untuk menumbuhkan pemahaman ibadah haji secara mendalam.
Secara berkelakar, Ketua Rabithah Haji Indonesia Ade menyebut, para calon jamaah haji dari Indonesia tak ubahnya gerombolan yang sangat bergantung kepada para pembimbing haji.
“Malaysia tidak demikian. Mereka sudah berhasil menatanya sebagai rombongan dan setiap individu jamaah sudah tidak lagi bergantung penuh kepada para pembimbing saat beribadah di Tanah Suci. Inilah yang harusnya dijadikan rujukan keberhasilan bagi pemerintah Indonesia ke depan,” ujarnya.
Mengenai teknis untuk meningkatkan mutu manasik tersebut, Ade menyarankan agar para jamaah yang sudah terdaftar mulai diintensifkan pelatihan manasiknya sejak dua tahun sebelum keberangkatan.
Pelatihan ini dapat dilakukan sepekan sekali dengan menunjuk satu perwakilan ustaz atau tokoh agama untuk memberikan manasik haji.
“Pelatihan ini harusnya bersifat gratis dan wajib. Biayanya bisa diambil dari uang para jamaah yang masuk ke rekening menteri agama. Mereka yang dinyatakan lulus dari program manasik ini nantinya diberikan sertifikat,” katanya menjelaskan.
Hal serupa juga berulang kali disampaikan Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kurdi Mustofa. Dia menilai, pemerintah sudah selayaknya menambah persyaratan bagi calon jamaah yang ingin pergi haji.
Syarat tambahan itu adalah aspek ilmu dan pengetahuan agama. Dia mengatakan, ukuran pengetahuan agama seorang calon jamaah haji itu dapat dilihat dari proses manasik haji yang dilakukannya.
Selama proses manasik haji, Kurdi menyarankan perlu kiranya dipikirkan adanya pengujian membaca Alquran beserta pengetahuan seputar haji. “Bagi yang dinyatakan lulus baru diberikan sertifikat manasik. Sertifikat ini nantinya berguna saat pendaftaran calon jamaah haji,” ujarnya.
Dalam pandangan Kurdi, selama ini sebagian calon jamaah yang pergi menunaikan ibadah haji lebih banyak mengejar status sosial. Sedangkan, pemahaman yang mendalam sebagai orang yang berhaji belum dilakukan secara maksimal.
“Di sinilah perlunya program manasik yang lebih baik. Seharusnya, pemerintah sudah mulai mempertimbangkannya mulai tahun ini,” kata dia.