Jumat 02 May 2014 21:16 WIB

Menilik Kiprah Sekolah Islam Terpadu (1)

Suasana milad Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) mulai berdatangan dan mendaftar dalam rangkaian acara milad JIST ke-10 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suasana milad Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) mulai berdatangan dan mendaftar dalam rangkaian acara milad JIST ke-10 di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Oleh: Fuji Pratiwi

Sekolah Islam yang awalnya kurang diperhitungkan, mampu membuktikan bahwa dengan sentuhan agama, anak-anak tak hanya unggul secara akademik, tapi juga kepribadian.

Pada awal berdirinya, sekolah Islam terpadu ingin mengubah citra sekolah Islam yang dianggap kurang kompetitif dengan sekolah umum maupun sekolah non-Islam pada umumnya.

Saat itu, sekolah pada umumnya hanya menekankan kepentingan akademik dan mereduksi peran agama.

Dalam acara Milad ke-10 Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Ketua JIST Sukro Muhab menuturkan, pada awal kemunculan sekolah Islam terpadu (SIT) yang memadukan pengetahuan dan agama berhasil melahirkan anak-anak yang tidak hanya baik secara akademik.

“Tapi juga memiliki akidah bersih, beribadah dengan benar, dan mampu menghafal Alquran,” ujarnya.

Selain itu, sejak 1980-an, kesadaran masyarakat terhadap Islam juga meningkat, terutama di kalangan ekonomi menengah ke atas. Muncullah kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah Islam.

Awalnya, JSIT hanya menargetkan satu model sekolah menengah Islam terpadu (SMPIT) dan sekolah menengah atas Islam terpadu (SMAIT) di tiap kabupaten dan satu sekolah dasar Islam terpadu (SDIT) di tiap kecamatan.

Harapannya, model ini dapat dikembangkan masyarakat setempat. Ternyata, animo masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya disekolahkan di SIT semakin tinggi. Maka, SIT pun semakin bermunculan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement