Senin 28 Apr 2014 14:18 WIB

Penerbit Islam Hadapi Pasar ASEAN

suasana kuala lumpur international book fair di kuala lumpur, malaysia
Foto: foto: irwan kelana/republika
suasana kuala lumpur international book fair di kuala lumpur, malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana

KUALA LUMPUR – Penerbit buku Islam dituntut mampu menghadapi persaingan saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku.

Saat mulai bergulir pada 2015, semua pelaku industri termasuk penerbit mesti siap bersaing dengan mereka yang berasal dari wilayah ASEAN.

‘’Jadi, penerbit buku Islam harus siap menyongsong masyarakat ekonomi ASEAN yang tak lama lagi hadir,’’ kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro pada sela Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) di Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (27/4).

Afrizal datang ke KLIBF bersama sejumlah pengurus Ikapi DKI Jakarta dan panitia Islamic Book Fair 2014. Kedatangan mereka bagian dari persiapan menjadikan IBF 2015 di Istora Senayan Jakarta sebagai pameran buku Islam berskala internasional.

Menurut Afrizal, selain melahirkan persaingan ketat, MEA berarti kesempatan bagi penerbit dari Indonesia, termasuk buku-buku Islam untuk memasarkan produknya ke semua negara anggota ASEAN. Baik buku berbahasa Indonesia maupun bahasa lainnya, terutama Inggris.

Bisa juga, penerbit buku  Indonesia menjual hak cipta buku-bukunya kepada penerbit negara-negara anggota ASEAN.

Kemudian buku itu diterjemahkan dan diterbitkan di negara tersebut. Hal yang sama dapat dilakukan penerbit dari negara-negara lainnya.

Mereka bebas masuk ke pasar buku di Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, kata Afrizal, Indonesia merupakan pasar buku yang sangat menjanjikan. Khusus buku-buku Islam, dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, Indonesia pun pasar potensial.

Direktur Utama Penerbit Al-Mawardi Prima ini mengatakan, untuk menghadapi MEA 2015, para penerbit buku Islam suka atau tidak suka harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tujuannya agar dapat bersinergi dengan penerbit dari negara ASEAN.

‘’Bagi kami, sesama penerbit buku Islam, misinya adalah syiar dan dakwah dalam rangka mencerdaskan umat Islam,” ujar Afrizal.

Afrizal Sinaro menyatakan, mayoritas penduduk ASEAN, terutama Indonesia, Malaysia, dan  Brunai Darussalam adalah Melayu.

Demikian pula sebagian penduduk Singapura dan Thailand, khususnya Thailand Selatan, serta Filipina, juga Melayu.

Masyarakat Melayu identik dengan masyarakat Muslim. Karena itu, potensi pasar buku-buku Islam di kawasan ASEAN sangat besar.

Ia menegaskan, sudah saatnya Indonesia mengambil peran sebagai pelopor kebangkitan dunia Islam, pusat ilmu pengetahuan, dan peradaban dunia. “Apalagi Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia,” katanya.

KLIBF 2014 dibuka sejak Kamis (23/4) dan berlangsung hingga Ahad (4/5). Pameran tersebut tidak hanya diikuti penerbit buku dari Malaysia, tapi juga berbagai penerbit dari ASEAN, Eropa, Amerika Serikat, India, dan Timur Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement