Selasa 22 Apr 2014 13:58 WIB

Pergulatan Islam dan Sekularisme (2)

Konferensi internasional
Foto: Republika/Hannan Putra
Konferensi internasional "State and Religion The Case of Indonesia and France" yang digelar di Jakarta, Selasa (18/2) lalu.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Pemisahan antara agama dan negara di Eropa semakin berkembang karena modernitas dan bersamaan dengan perkembangan sosial ekonomi. Berbeda dengan Islam.

Pengalaman Islam untuk memisahkan urusan negara dan agama, seperti kasus Turki, adalah sebuah pengalaman ideologi yang dipaksakan dari luar oleh penjajah, suatu produk imperialisme Eropa dan perpanjangan budaya asing yang mulai terlihat di awal abad ke-19.

Negara-negara Arab pun mengambil sikap sendiri-sendiri untuk merespons ide pemisahan antara urusan agama dan negara ini. Arab Saudi dengan tegas memproklamirkan negaranya sebagai negara berbasis agama dan memerangi sekularisme di negara lain.

Negara lain, sepeti Suriah, Irak, Mesir, Libya, Sudan, dan Aljazair juga menggunakan Islam sebagai agama negara. Namun, perubahan terus terjadi di negara-negara ini.

Konflik dan perebutan kekuasaan terus terjadi hingga kini, antara kelompok yang ingin menegakkan kembali syariat Islam sebagai dasar negara, yaitu misalnya Ikhwanul Muslimin dengan para penguasa yang telah menduduki tahta sekian lama.

Iran menjadi negara yang patut dicontoh karena bisa menghadapi gerakan sekularisme dan menegakkan negara berdasarkan Islam. “Satu-satunya masyarakat Muslim yang kini diperintah oleh petugas-petugas agama dan hukum Islam adalah Iran,” tulis Esposito.

Bukan sebuah perjuangan mudah hingga Iran bisa seperti sekarang. Sekian lama, sejak 1794 hingga 1925 Iran dipimpin oleh dinasti Qajar sebagai para Muslim Syiah. Meski tidak pernah dijajah secara langsung oleh Eropa, namun ekonominya semakin jatuh dan berakhir pada kontrol Eropa.

Karena itu, muncullah Revolusi Konstitusi tahun 1906 yang berusaha membatasi kekuatan Syiah dan memandang ulang semua undang-undang untuk dipastikan kesesuaiannya dengan prinsip Islam.

Sayangnya revolusi yang berlangsung singkat ini gagal, karena adanta intrik Rusia-Inggris dan Syah di dalamnya. Muncullah dinasti Pahlevi yang berusaha menyamai sekularisme di Turki, dengan memaksakan tatanan modernisasi negara dengan pengaruh Amerika Serikat yang berlangsung secara gradual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement