Rabu 09 Apr 2014 21:45 WIB

Masjid Palm Jumeirah, Elemen Abstrak Sebuah Masjid (2)

Masjid Palm Jumeirah, Dubai, UAE.
Foto: Wondrouspics.com
Masjid Palm Jumeirah, Dubai, UAE.

Oleh: Mohammad Akbar     

Tampilan lainnya yang juga memiliki pengaruh Mamluk terdapat pada bentuk pola di bagian dinding. Bentuk pola tersebut seperti hadirnya tumpukan kotak persegi panjang yang dibiarkan tampak.

Namun, di Masjid Palm Jumeirah, Farouk tidak memberikan permainan pola warna. Di bagian ini, Farouk hanya memilih warna cokelat saja.

Pada tampilan luar masjid ini, Farouk juga menghadirkan sarat ornamen seni. Di antaranya, hadirnya gigi-gigi sebagai penghias pada bagian pilar penyangganya. Ornamen hias itu juga ditempatkan selaras dengan hadirnya kaligrafi yang menyelip di beberapa sudut bagian luar bangunan masjid.

Namun, Farouk tak seluruhnya menuangkan gaya Mamluk di masjid ini. Ia juga tetap memberikan pengayaan ide seperti hadirnya gaya Moor yang pernah tumbuh di daratan Spanyol. Bentuk itu ia tampilkan dengan permainan pola lengkungan pada bagian penghubung antartiang penyangga masjid.

Lantas, ketika memasuki bagian dalam masjid, kesan indah dan menawan juga masih tersirat kuat adanya pengaruh Mamluk. Ini tersaji dari permainan dekoratif yang hanya menghiasi bagian langit-langit masjid saja.

Untuk membuat kesan syahdu, di dalam masjid ini digantungkan pula lampu-lampu yang terbuat dari bahan tembaga. Sedangkan, di bagian bawah kubah tergantung sebuah lampu berukuran cukup besar.

Sementara itu, pendekatan kontemporer pada masjid ini lebih tersaji pada pemilihan material bangunannya. Farouk rupanya lebih memilih material yang terbuat dari bahan marmer, beton, kaca, baja, maupun aluminium.

Ia rupanya enggan untuk memakai material masjid tradisional pada umumnya yang biasanya berasal dari bebatuan maupun ornamen alam lainnya.

Menurut Farouk, jika ingin mengadopsi masjid tradisional maka akan dibutuhkan material khusus serta tenaga kerja yang terlatih. ''Jadi, saya pikir mengapa kita harus mengopi masjid-masjid tradisional tersebut? Soalnya, kita akan kesulitan menemukan tenaga dan material tersebut pada saat sekarang ini.''

''Masjid-masjid kontemporer ini sepertinya lebih otentik dan nyata dengan waktu kita sekarang. Itulah sebabnya mengapa saya memilihnya untuk membangun masjid ini pada saat sekarang,'' lanjut Farouk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement