Senin 07 Apr 2014 22:35 WIB

Memuliakan Para Guru (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ilustrasi

Oleh: Erdy Nasrul/Susie Evidia Y     

Perilaku para sahabat, yang memperoleh pendidikan langsung dari Rasulullah SAW, patut dijadikan contoh.

Ibnu Abbas, sahabat mulia yang amat dekat dengan Rasulullah mempersilakan Zaid bin Tsabit untuk naik di atas kendaraannya, sedangkan ia sendiri yang menuntunnya.

“Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama kami,” ucap Ibnu Abbas. Zaid bin Tsabit sendiri mencium tangan Ibnu Abbas. “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ahli bait Rasulullah,” balas Zaid.

Para generasi salaf sangat hormat terhadap ulama mereka. Terhadap Said bin Musayyib, fakih tabi’in, orang-orang tidak akan bertanya sesuatu kepadanya kecuali meminta izin terlebih dahulu, seperti layaknya seseorang yang sedang berhadapan dengan khalifah.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Aziziyah, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, KH Aziz Masyhuri meminta agar para pencari ilmu menghormati guru mereka. Guru adalah perantara utama tersalurkannya ilmu.

Tunaikan hak-hak mereka. Jaga etika bertanya. Adab bertanya kepada guru penting diperhatikan. Mengajukan pertanyaan kepada guru hendaknya tidak dimaksudkan untuk mengusili atau mengerjai sang guru. "Ini sangat tidak etis," katanya.

Termasuk adab dan penghormatan terhadap guru, ungkapnya, ialah menutupi aib. Laksanakan perintah guru, selama itu tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang digariskan oleh Allah SWT.

Ia menukilkan kisah dari Imam Syafi'i. Konon, pendiri Mazhab Syafi'i itu sangat hormat terhadap para gurunya. Satu diantaranya ialah Imam Malik.

Dikisahkan,  pencetus Mazhab Syafi'i itu selalu berhati-hati membuka lembaran kitab jika berada di depan sang guru, Imam Malik. "Aku tidak ingin membuatnya terusik dengan gesekan kertas," kata Syafi'i.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement