Senin 07 Apr 2014 22:03 WIB

Habib Sayid Idrus, Membendung Misionaris di Bumi Celebes (3-habis)

Habib Sayid Idrus bin Salim al-Jufri atau  Guru Tua.
Foto: Blogspot.com
Habib Sayid Idrus bin Salim al-Jufri atau Guru Tua.

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Perjalanan dakwahnya kemudian berlanjut ke Celebes, tepatnya di Palu, Sulawesi Tengah. Di sana ia dihadapkan pada gencarnya gerakan misionaris dan Kristenisasi.

Dia prihatin. Sulawesi yang dulu punya sejarah sebagai pusat penyebaran Islam di Indonesia Timur, perlahan digerogoti oleh gerakan misionaris.

Habib Idrus merasa terpanggil untuk membendung gerakan itu. Namun, ia sadar tak mungkin melawan gerakan misionaris yang didukung oleh penjajah yang menguasai wilayah tersebut dengan perlawanan fisik. Dia pun mempunyai ide untuk mengimbangi gerakan misionaris tersebut.

Bukan jalur kekerasan yang dipilihnya untuk menegakkan Islam di bumi Celebes, melainkan melalui jalur pendidikan. Dengan nekat dan biaya sendiri, ia mendirikan sebuah madrasah yang lantas diberi nama Alkhairaat, bentuk jamak dari kata //khairun yang berarti kebaikan.

Semangat optimisme terpancar saat ia memberikan nama madrasah tersebut, yang resmi berdiri pada 11 Juni 1930. Lembaga pendidikan Islam ini menajdi sarana dakwah Islam yang terbukti efektif di wilayah tersebut. Ia menjadi benteng pertahanan dari gempuran para misionaris yang semakin gencar dengan Kristenisasi.

Perjuangan dakwahnya pun semakin berkembang. Tak hanya di Palu, ia mengembangkan sayap dakwahnya ke pulau-pulau lain di sekitarnya, bahkan hingga Maluku.

Dengan menggunakan sampan, atau sering kali berjalan kaki hingga jauh sekali, ia hadapi risiko dan ancaman yang menantangnya. Ia rela memberikan apa saja, termasuk jiwanya, demi terbitnya cahaya dakwah Islam di tengah gempuran misionaris di kawasan timur Indonesia.

Hingga akhir hayat, ia terus berdakwah dan mengajar di madrasah-madrasah yang didirikannya. Pada 12 Syawal 1389 H atau tahun 1969 M, ia pun mengembuskan napas terakhirnya.

Meski ia telah tiada, namun jejak perjuangannya masih tetap bertahan, bahkan terus berkembang. Tercatat sebanyak 1.550 madrasah dan sekolah serta 36 pondok pesantren Alkhairaat di seantero Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement