REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Mimpi Muslimah Finlandia memberikan layanan kepada masyarakat melalui profesi polisi sulit terwujud. Pasalnya, pemerintah melarang penggunaan jilbab dalam lingkungan kepolisian.
"Saya ingin menjadi bagian dari masyarakat, tapi mereka tidak menginginkan saya," ungkap seorang Muslimah Finlandia yang berencana bergabung dengan kepolisian Finlandia, seperti dilansir onislam.net, Jumat (4/4).
Menurut dia, larangan tersebut hanya membuat perempuan berjilbab bersembunyi dari masyarakat. Dan sayangnya, masyarakat juga menginginkan itu. "Saya memang dibolehkan bergabung, tapi saya harus melepaskan jilbab. Saya katakan, itu tidak mungkin," kata dia.
Itu sebabnya, Muslimah Finlandia menuntut perubahan aturan itu. Alasannya, Muslimah Finlandia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah imigran di masyarakat. "Kami tahu bagaimana memecahkan masalah imigran. Saya juga bisa melatih polisi lain dalam isu agama dan budaya," kata dia,
Menurut Akademi Kepolisian Finlandia, polisi dari latarbelakang agama dan etnis berbeda tengah dibutuhkan. In karena, kasus atau masalah yang muncul terkait dengan keberagaman di Finlandia. Ketika menangani itu, tentu butuh pendekatan berbeda.
"Harapan kami, polisi menjadi lebih beragam," ucap Lotta Parjanen, pengajar Akademi Kepolisian Finlandia.
Secara terpisah, Dewan Polisi Nasional Finlandia menyatakan penggunaan simbol-simbol agama hanya akan memunculkan masalah, seperti misal, keberpihakan. Di luar itu, mereka tidak leluasa bekerja. Misalnya, hak untuk istirahat shalat.
Politikus Partai Kristen Demokrat, Rasanen menilai penggunaan simbol agama tidak memiliki pengaruh apapun dalam pelaksanaan tugas seorang polisi. Kalau memang itu dipermasalahkan, penggunaan seragam saja sudah menunjukan ketidakberpihakan polisi.
"Saya percaya menggunakan jilbab dalam berbisnis juga tidak masalah," ucap dia.
Berbeda dengan Finlandia, Swedia justru memperbolehkan Muslimah berjilbab masuk korps kepolisian. "Jilbab, turban, atau kippahs dibolehkan karena kepolisian Swedia mengharapkan pribadi yang bergabung dengan kepolisian memiliki latarbelakang yang berbeda," kata Carolina Ekeus, seorang polisi Swedia.
Selain itu, kata dia, memperbolehkan penggunaan jilbab merupakan wujud pengakuan Swedia terhadap komunitas Muslim. Posisi Muslim setara dengan umat beragama lain.