Jumat 04 Apr 2014 17:01 WIB

Antara Ibu dan Iman (1)

Ilustrasi
Foto: Faithbarista.com
Ilustrasi

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Bagaikan makan buah simalakama, ia dihadapkan pada dua pilihan yang amat sulit.

Kisah ini dialami oleh Sa'ad bin Abi Waqqash. Ia termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam di Makkah dalam usia yang masih muda. Ia dikenal sebagai prajurit yang tangguh karena keahlian memanahnya sangat diandalkan dalam peperangan.

Selain tangguh secara fisik, ia juga tangguh dalam mempertahankan imannya. Mentalnya untuk selalu percaya pada Allah SWT tak ada yang bisa mengalahkannya meski ia harus membuktikannya pada ibunya sendiri.

Sa'ad sendiri merupakan orang yang sangat berbakti pada orang tuanya. Ia sangat disayangi oleh kedua orang tuanya, terutama ibunya. Berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya, ia selalu merasa salah dengan cara hidup sukunya, yaitu menyembah berhala.

Kemudian, saat ia dikenalkan dengan Islam oleh Abu Bakar ash-Sidiq, ia merasa mendapatkan sebuah oase di tengah gurun. Islam inilah yang menyejukkan jiwanya dan ia yakin karena inilah yang masuk akal baginya.

Ia kemudian mendengarkan langsung ajaran-ajaran Islam dari mulut Rasulullah. Setiap selesai mendengarkan ajaran penyejuk jiwa tersebut, ia merasa semakin yakin pada pilihannya. Namun, sayang, pilihan terbesar dalam hidupnya ini ditentang oleh keluarganya.

Orang yang paling menentang keislamannya justru adalah ibu kandungnya sendiri. Mendengar anaknya masuk Islam, ia marah besar. Segala upaya dilakukannya agar Sa'ad mau kembali pada ajaran nenek moyang sukunya dulu, yaitu menyembah berhala. “Kembalilah pada ajaran nenek moyangmu atau kau akan kehilangan ibumu ini,” ancam sang ibu.

Melihat hal ini, Sa'ad sangat sedih hatinya. Ia sangat sayang pada ibunya, ibu yang telah mengandungnya selama sembilan bulan, melahirkannya, dan membesarkannya dengan didikan sebaik-baiknya.

Namun, ia telah mantap memeluk Islam. Baginya, iman yang sudah diyakininya ini akan dipertahannya meski nyawa taruhannya. Iman yang telah tertancap dalam lubuk sanubarinya tersebut merupakan harta paling berharga dan tak akan mau ia menukarkannya dengan apa pun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement