Rabu 02 Apr 2014 18:03 WIB

Astaghfirullah, Al-Aqsa Dikepung Sinagog

Masjid Al Aqsa, Yerusalem.
Foto: Palestineremembered.com
Masjid Al Aqsa, Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, Nasib Masjid Al-Aqsa semakin genting. Pemerintah Palestina di Tepi Barat saat ini intens mengingatkan mengenai posisi masjid itu yang kian terancam. Sebab, jumlah sinagoge yang berdiri di sekitar masjid melambung.

“Mengepung Al-Aqsa dengan sinagoge sengaja dilakukan Israel untuk mengubah kondisi di lapangan,” kata anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina dan Kepala Departeman Urusan Yerusalem Ahmad Qurei seperti dikutip Gulf News, Ahad (30/3).

Menurut dia, itu kebijakan yang terus ditempuh Israel, sudah mulai sejak lama. Target akhirnya, menciptakan keadaan yang memungkinkan Israel menguasai kompleks suci yang berisi tempat ibadah Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Mereka kelak mengaveling tempat-tempat itu dan menetapkan jam ibadah. Laman berita  OnIslam menyatakan, sampai saat ini terdapat sekitar 100 sinagoge dan sekolah ultraortodoks Yahudi mengepung kompleks Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem.

Menurut Koordinator Media Al-Aqsa Institution for Al Waqf and Heritage Mahmoud Abu Al Attah, itu merupakan rancangan sistematis untuk meyahudisasi Al-Quds. “Dalam kurun beberapa tahun terakhir, Israel mendirikan dua sinagoge besar,” ujarnya.

Jaraknya hanya 10 meter dari Al-Aqsa. Sinagoge ketiga saat ini dalam proses pembangunan. Sinagoge Jewel of Israel, nama sinagoge ketiga itu, akan menjelma sebagai koloni Yahudi terbaru yang berada di sekitar Al-Aqsa.

Sinagoge-sinagoge yang ada, jelas Attah, mengakomodasi kelompok kanan serta rabi dan siswa ultraortodoks. Dengan keadaan yang genting itu, para pejabat Palestina mengingatkan eskalasi ancaman terhadap keberadaan Al-Aqsa.

Dan, Israel mendukung sepenuhnya bermunculannya sinagoge-sinagoge tersebut. “Sinagoge akan menimbulkan bencana yang berdampak buruk bagi masa depan Al-Aqsa,” kata Qurei. Tak hanya kebijakan, jelas dia, Israel menyediakan dana besar untuk pembangunan sinagoge.

Selain itu, pembangunan sinagoge juga menelan korban. Ratusan kompleks perumahan warga Palestina tergusur. Kompleks tersebut rata dengan tanah karena buldoser pasukan Israel. Beberapa hari lalu, sebuah kompleks kembali tergusur.

Kompleks permukiman bernama Abu Ghaliya itu terdiri atas sebuah masjid, apartemen, dan pusat media. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan, pada 2013 Israel menghancurkan lebih dari 500 rumah warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Sekitar 20 persen dari rumah-rumah yang dihancurkan itu dibangun melalui sumbangan lembaga-lembaga kemanusiaan. Tanah-tanah kosong itu juga ada yang kemudian dijadikan sebagai permukiman baru untuk warga Yahudi.

Komunitas internasional menyampaikan protes atas kebijakan-kebijakan Israel tersebut. Sejumlah negara Eropa bahkan menerapkan boikot ekonomi terkait isu permukiman ini. Boikot ini berhasil membuat perekonomian Israel merugi. 

sumber : Harian Republika/Ferry Kisihandi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement