REPUBLIKA.CO.ID, Tidak mudah bagi mualaf untuk menjadi Muslim yang kaffah. Transisi itu membutuhkan adaptasi.
"Saya rasakan itu, kebiasan berubah, teman-teman berubah, dan cara menikmati hidup juga berubah," ungkap Anisa Kisson, seperti dilansir onislam.net, Selasa (1/4).
Namun, kata Anisa, tantangan itu bisa disiasati sehingga mempermudah mualaf menjalani identitas barunya. Siasat itu juga membantu seorang mualaf untuk menghilangkan tekanan.
"Misalnya, Anda gemar berenang. Sekarang sudah ada burkini. Ini menandakan Islam tidak membatasi tapi menghargai Anda," kata dia,
Anisa mengungkap tujuan hidup seorang Muslim adalah mengikuti perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Perkara seperti apa kehidupan seorang Muslim, bisa dilihat dari sosok teladan Rasulullah SAW. "Konsep itu akan menggiring Anda memiliki tujuan dasar kehidupan," ucapnya.
Bagaimana memulainya, lanjut dia. Mulailah dengan niatan untuk belajar. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Rasulullah sudah mencontohkan itu. Begitu pula dengan para sahabat.
Bagi mualaf yang menetap di negara dengan populitas Muslim minoritas tidak perlu khawatir. Karena, ratusan saudara seiman akan membimbing Anda. "Teman saya dapat menghafal Alquran meski tidak bisa bahasa Arab. Caranya sederhana saja, dia dengarkan isi Alquran dalam kaset berulang-ulang," ucapnya.
"Cobalah untuk menemukan cara untuk membantu orang-orang di sekitar Anda dan belajar untuk berempati dengan orang lain . Allah telah memberikan semua kemampuan manusia dan kemampuan , sehingga menemukan apa yang Anda berada dan berbagi dengan orang lain," kata dia,
Untuk menjaga pikiran yang sehat, ucap Anisa, Anda harus memiliki sikap positif terhadap kehidupan . Sikap seperti itu muncul setelah Anda belajar untuk menyerahkan diri kepada Allah dan mempercayai-Nya , selalu berharap dan selalu optimis .
"Setiap kali tertimpa musibah ingatlah Allah , meminta bimbingan dan bantuan dan percaya kepadaNya," ungkapnya.