Sabtu 29 Mar 2014 23:58 WIB

Hiburan yang Sehat (2-habis)

 Anak-anak mengikuti lomba gebuk bantal dalam hiburan rakyat
Anak-anak mengikuti lomba gebuk bantal dalam hiburan rakyat "Unjuk Laga Atraksi Panggung" di kawasan Kanal Banjir Timur, Jakarta Timur, Ahad (15/12). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Hiburan yang salah akan mengganggu akhlak.

Tarian pun sebaiknya memang dilakukan laki-laki, bukan wanita. Apalagi, sampai memperlihatkan auratnya. Bagi anak-anak perempuan, melakukan tarian memang masih diperbolehkan.

Ketua PP Ikadi Ahmad Kusyairi Suhail mengatakan, Islam tidak melarang umatnya untuk mencari hiburan. Manusia pada zaman Rasulullah SAW menghibur diri dari rasa bosan dan jemu dengan cara memvariasikan amal.

Rasulullah SAW pun menghibur diri bercanda di antara istri, anak, sahabat, dan umatnya. "Hidup memang tidak hanya beribadah kepada Allah SWT dan menuntut ilmu. Perlu ada jeda untuk mengistirahatkan otak dan tubuh kita."

Seni sudah sejak dulu dinikmati umat Islam. Islam pun tidak melarang musik dan sastra. Seperti sahabat Nabi Abdullah bin Rawahah yang fasih melantunkan syair semangat dan Abu Musa al-Asy'ari yang melantunkan Alquran dengan syahdu.

Seni dan budaya bahkan bisa digunakan sebagai sarana dakwah. Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya KH Kholil Ridwan meyakini, lewat seni budaya, capaian dakwah lebih spektakuler.

Kiai Kholil bercerita, masuknya Islam ke Indonesia bukanlah melalui jihad. Islam masuk dengan dibawa saudagar yang berdagang dengan jujur. Hal itu membuat masyarakat tertarik memeluk Islam.

Begitu juga, saat Sunan Kalijaga memperkenalkan Islam kepada masyarakat di Jawa. Sunan Kalijaga memperkenalkan Islam melalui media wayang kulit. Cerita pewayangan disisipkan kisah yang mengandung nilai Islam.

Dia justru menilai, para artis bisa masuk surga dengan mudah tanpa harus menjadi ustaz. "Mereka bisa berdakwah melalui seni yang mereka geluti."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement