Oleh: Ani Nursalikah
Jalur perdagangan
Pada 1498, dengan bantuan pilot Arab, penjelajah Portugis Vasco de Gama menemukan rute laut baru dari Eropa ke Timur. Kapal dagang Inggris, Belanda, dan Prancis dengan cepat mengikuti.
Mereka mendirikan pos-pos perdagangan di Samudra Hindia yang akhirnya melemahkan pengiriman barang dagang Venesia di Mediterania dan perdagangan perantara antara India, Persia, dan Barat yang telah lama berkembang di Timur Tengah.
Portugis menjadi bangsa yang memperoleh keuntungan di awal perdagangan baru dengan Persia. Pada 1507 di bawah komando Laksamana Albuquerque, armada Portugis menyerang pulau strategis Hormuz di mulut Teluk Arab.
Setelah berhasil menguasainya pada 1514, Albuquerque membentengi seluruh bagian pelabuhan di sepanjang Teluk Arab. Hal itu dilakukan untuk memastikan kontrol Portugis di jalur laut.
Di sisi lain, penguasa Safawi dari Persia menerima hadiah berupa meriam dan senjata dari Portugis untuk membantu menentang invasi wilayah mereka oleh bangsa Turki Ottoman di bawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Agung.
Namun, Safawi tetap merasakan kehadiran Portugis sebagai ancaman. Selama sisa abad mereka berusaha membujuk Portugis menarik diri dari wilayah pesisir mereka.
Sementara itu, perusahaan saham gabungan pertama bagi perdagangan luar negeri dibentuk di London pada 1553. Perusahaan itu disebut “Mysterie and Companie of Merchant Adventurers for the Discovery of Regions, Dominions, Islands, and Places Unknown”, tetapi kemudian dikenal sebagai Perusahaan Muscovy.
Misi mereka adalah mencoba mencari kekayaan eksotis dari India, Cina dan Indonesia. Agen perusahaan menelusuri wilayah darat dan laut melalui Baltik, menyusuri Sungai Volga, dan menyeberangi Laut Kaspia hingga ke Persia dan wilayah lain.
Pada 1562 Ratu Elizabeth mengirim utusan perdagangan kepada Shah Tahmasp di Qazvin yang kini berada di barat laut Iran. Duta besar tiba membawa pesan untuk menjalin persahabatan dan hubungan perdagangan.
Shah Tahmasp merespons positif kerja sama tersebut. Namun, rute utara itu kurang menghasilkan keuntungan sehingga ditinggalkan pada 1581.
Pada saat itu juga terjadi kontak langsung antara Polandia dan Persia. Raja Polandia Sigismund III Vasa mengirimkan seorang pedagang Armenia ke Iran tengah untuk membeli karpet pada 1601.
Di Polandia, pakaian dan seni dekoratif Persia lazim ditemukan pada paruh pertama abad ke-18. Pada 1758 Pangeran Polandia Michael Casimir Radziwill mendirikan pabrik di Sluck untuk memproduksi tekstil yang memiliki desain Persia.