REPUBLIKA.CO.ID, Meski banyak pihak yang punya tugas mengentaskan kemiskinan, nyatanya masih banyak orang miskin di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkannya, salah satunya program yang dilakukan kurang tepat.
Total masyarakat miskin di Indonesia sekitar 28 juta jiwa. Jika standar kemiskinannya diturunkan, jumlahnya bisa mencapai 58 juta. Faktor yang membuat sejumlah orang ini masih berada di jurang kemiskinan sangat banyak.
Menurut Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa (DD) Ahmad Juwaini, program yang paling efektif dalam mengentaskan kemiskinan adalah program pemberdayaan, terutama pemberdayaan ekonomi.
Bisa di bidang pertanian, peternakan, perdagangan, usaha keterampilan, kuliner, atau bidang lainnya yang disesuaikan dengan potensi daerah setempat, juga potensi orangnya.
Ia mengakui, memang tidak semua lembaga zakat punya program pemberdayaan seperti ini agar bisa mengentaskan kemiskinan secara kontinu. Mereka kebanyakan hanya memberikan bantuan secara instan dan tidak membina orang yang dibantu.
“Jenis bantuan seperti ini akan langsung habis dalam hitungan detik dan tidak bisa memperbaiki status kehidupan mereka,” kata Juwaini.
Sebenarnya, kata dia, yang punya andil untuk mengentaskan kemiskinan adalah pemerintah. Setiap tahun telah disediakan anggaran sebesar Rp 1 triliun-Rp 2 triliun dalam program ini. Apa mau dikata, nyatanya uang tersebut belum bisa memberikan hasil yang signifikan.
Bandingkan dengan DD. Dengan dana yang hanya sekitar Rp 200 miliar, pihaknya bisa secara kontinu memberikan hasil nyata yang efektif bagi masyarakat miskin. Jumlahnya pun setiap tahunnya bertambah. “Tahun lalu bisa membina sekitar 300 ribu. Tahun sebelumnya 200 ribu. Tahun ini, kami membina sekitar 400 ribu warga,” jelasnya.
Jumlah orang yang dibantu ini terdapat di seluruh Indonesia. Namun, memang paling banyak di Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. DD hanya bisa menjangkau beberapa ratus ribu.
Itu pun terbagi dalam berbagai program, di antaranya, program pemberdayaan. Tingkat keberhasilan dari setiap program pemberdayaan, menurut Juwaini, sekitar 50 persen. “Untuk ukuran sebuah program pemberdayaan, angka ini sangat besar.”
Ia menjelaskan, dari pengalaman tahun lalu dan 300 masyarakat yang dibina, hanya sebagian yang bisa terangkat derajat ekonominya. Dari jumlah itu, ada 150 orang yang menjadi sasaran program pemberdayaan. Yang bisa dan mau didampingi hanya 75 ribu orang. Dari jumlah itu, yang bisa berhasil dan mandiri hanya sekitar 35 ribu orang.