Selasa 18 Mar 2014 15:31 WIB

Parfum dari Lemak Sampai Distilasi (5-habis)

Pembuatan parfum (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Pembuatan parfum (ilustrasi).

Oleh: Ani Nursalikah

Rahasia pembuatan parfum di Mesir adalah mengetahui kapan saat yang tepat menambahkan bahan pembuat dan dengan temperatur yang tepat pula.

Selain tentu saja digunakan oleh perempuan, parfum juga dipakai oleh para imam. Biasanya, para perempuan memakai parfum salep dalam bentuk kerucut atau bola yang dibalurkan ke rambut.

Para imam dari Heliopolis, misalnya, menggunakan resin wangi sebagai persembahan untuk dewa matahari dan dupa saat siang hari. Pada sore hari, saat matahari terbenam, digunakan parfum yang disebut kuphi.

Parfum disebut-sebut sebagai wewangian para dewa. Ketika makam Raja Tufs dibuka pada 1922 atau 3.000 tahun kemudian, para arkeolog mengatakan, telah mencium suatu aroma yang tidak dikenali yang diyakini sebagai kuphi.

Saat Julius Caesar berhasil menguasai Mesir, ia juga melempar botol-botol parfum yang berharga kepada kerumunan rakyat yang menyambutnya saat pulang ke Roma.

Ribuan tahun berlalu dan Mesir sudah banyak berubah. Namun, negeri asal mula parfum itu masih tetap menjadi pusat parfum dunia. Delta Sungai Nil telah menjadi salah satu sumber pemasok bahan alami wewangian terbesar.

Hamparan kebun melati, kayu teja, mawar, lemon-grass, geranium, basil, dan mint tumbuh dalam jarak tak jauh dari Piramida Giza. Hampir 80 persen produk melati dunia dikirim dari Mesir.

Di sini masih banyak ahli pengekstrak wewangian atau minyak esensial yang berasal dari bunga, daun, akar, dan herbal yang kemudian mengekspornya ke para pembuat parfum di Paris, London, New York, bahkan Moskow. Mesir juga masih menjadi pusat dari wewangian para dewa peninggalan era Firaun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement