Sabtu 15 Mar 2014 09:43 WIB

Demi Bidadari Surga (2)

Ilustrasi
Foto: Vtj.ca
Ilustrasi

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Mereka mulai melakukan perjalanan menuju medan perang dan selama itu pula si pemuda selalu memenuhi harinya dengan berpuasa di siang hari serta menegakkan qiyamulail di malam harinya.

Pemuda tersebut juga yang memenuhi keperluan semua perbekalan dan kuda-kuda tunggangan pasukan. Dia juga yang berjaga ketika pasukan yang lain tidur. Terus-menerus pemuda itu melakukan amalnya sampai pasukan tersebut menghadapi musuh di negeri Romawi.

Suatu hari sang pemuda pun berkata, "Betapa rindunya aku pada al-aina al-mardhiyyah (nama panggilan untuk bidadari surga." Abdul Wahid pun mempertanyakan apa yang dimaksudkan oleh pemuda tersebut.

Sang pemuda kemudian bercerita bahwa tadi ia sempat mengantuk dan tertidur sekejap. Kemudian, ia merasa tiba-tiba seorang laki-laki mendatanginya. Laki-laki itu berkata pada sang pemuda, "Pergilah engkau menuju al-aina al-mardhiyyah."

Laki-laki itu kemudian membawa sang pemuda menuju sebuah taman yang di dalamnya terdapat sungai yang alirannya terbuat dari air yang tidak berubah bau dan tidak berasa. Di pinggir sungai itu terdapat sekelompok gadis-gadis jelita yang memakai perhiasan yang sangat indah.

Ketika melihat kedatangan sang pemuda, gadis-gadis itu menyambutnya dengan ceria dan berkata, "Inilah dia suami al-aina al-mardhiyyah!"

Sang pemuda kemudian mengucapkan salam dan berkata, "Apakah salah seorang di antara kalian ini ada yang bernama al-aina al-mardhiyyah?"

Para gadis itu pun menjawab, "Tidak ada, tetapi kami ini hanyalah para dayang dan pelayannya semata, berjalanlah terus ke depan, maka engkau akan bertemu dengannya."

Perjalanan sang pemuda terus berlanjut. Ia kemudian menemui banyak taman-taman indah dengan berbagai sungai ajaib, dari yang aliran airnya merupakan air susu, khamr, hingga madu yang jernih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement