Jumat 14 Mar 2014 22:39 WIB

Saatnya Dakwah Melibatkan Generasi Muda (1)

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Reuters/Omar Sabheni
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Semangat dan ide-ide segar pemuda Muslim mesti ditampung demi akselerasi dakwah.

Selera masyarakat cenderung berubah dan dinamis. Namun, kini cita rasa muda sangat mendominasi tiap lini kehidupan.

Soal busana, gaya hidup, cara berbahasa, berkomunikasi, dan berinteraksi antarsesama sangat gaul. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan berdakwah. Yang pasti, diperlukan sentuhan segar dan inovatif dari para generasi muda Muslim.

Pimpinan majelis ash-Shalihin Depok Muhammad Sholeh Hasan mengatakan pemuda memiliki kepekaan yang lebih terhadap dinamika yang berkembang di masyarakat. Misalkan,  masyarakat gemar belanja di pasar ataupun pusat perbelanjaan.

Kemudian, pemuda dalam berdakwah menyuarakan bahwa belanja boleh saja, tapi jangan lupa beramal. Bisa juga dakwah dilakukan dengan membentuk badan amil zakat yang disebar di pasar dan pusat perbelanjaan. “Sebarkan saja moto setelah berbelanja jangan lupa sedekah. Ini bagus,” kata Sholeh.

Contoh lain, misalkan masyarakat senang berkumpul sekadar untuk menghabiskan waktu. Kalau sudah berkumpul, pasti akan merokok dan membicarakan orang lain. Perkumpulan kemudian bisa diteruskan, tapi tidak lagi membicarakan orang lain. “Ganti saja dengan membaca shalawat dan pengajian. Kan, sama-sama berkumpul,” ujarnya.

Sholeh menjelaskan dakwah tidak bisa lepas dari kebudayaan. Dakwah menjadi esensi yang bisa dimasukkan budaya. Hal ini sudah dicontohkan para ulama dahulu dalam berdakwah. Pola dakwah mereka sederhana. Namun, mengandung hikmah dan motivasi yang sangat tinggi. Para ulama menghafal Alquran dan hadis.

Namun, mereka tidak banyak menggunakan dalil-dalil untuk disampaikan ke umatnya. Kandungannya dimasukkan pada kearifan lokal. Misalnya, kenduri. Dulu kenduri itu bentuknya sesaji kepada makhluk gaib. Namun, oleh wali diluruskan bahwa kenduri merupakan bagian dari sedekah yang bermanfaat untuk tolak bala.

Sholeh menyatakan contoh seperti itu menandakan dakwah tidak menggurui, santai, menghibur, mudah dipahami, dan diterima berbagai kalangan. “Pemuda sangat mampu untuk melakukan itu,” ujarnya.

Dia mengatakan pemuda saat ini sudah banyak yang memanfaatkan unsur budaya untuk berdakwah. Sudah ada dakwah anak muda yang selalu mengumandangkan shalawat saat berceramah.

Ribuan jamaahnya terkejut, tersentuh hatinya, hingga tak kuasa menahan air mata yang akhirnya membasahi pipi. “Ketika itu, mereka merenungkan dosa-dosa yang pernah dilakukan,” kata Sholeh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement