Jumat 14 Mar 2014 20:58 WIB

Misteri Gulungan Laut Mati (2)

Potongan Gulungan Laut Mati.
Foto: Bl.uk
Potongan Gulungan Laut Mati.

Oleh: Ani Nursalikah

Para ahli dengan cepat mencoba menguraikan isi gulungan. Mereka juga tidak menemui hambatan berarti dalam prosesnya.

Beberapa gulungan ditulis dalam bahasa Yunani dan Aramaik. Tetapi, sebagian besar ditulis dalam bahasa Ibrani. Setelah kaligrafi dikuasai, akan mudah menerjemahkannya.

Gulungan tersebut merupakan penemuan tidak ternilai dalam mengungkap teks-teks Alkitab, mempelajari latar belakang Kristen, dan mengetahui usia gulungan itu sendiri.

Meski ada beberapa kalangan yang tidak setuju, kebanyakan ahli mengatakan, beberapa gulungan setidaknya berasal dari paruh pertama abad pertama, yaitu saat Yesus masih hidup. Gulungan paling tua, setidaknya berasal dari awal abad kedua sebelum Yesus dilahirkan.

Para ahli kemudian memutuskan untuk menggali situs reruntuhan kuno di Qumran atau satu-satunya reruntuhan yang ada di dekat gua. Reruntuhan itu merupakan sisa benteng Romawi. Penggalian menunjukkan sebuah bangunan berskala besar dengan banyak kamar, kamar mandi, tangki air, tempat pembakaran batu bata, dan sebuah menara.

Para arkeolog juga menemukan koin, lebih banyak fragmen dari gulungan, dan dua wadah tinta. Wadah tinta tersebut ditemukan di sebuah ruangan yang disebut dengan “scriptorium”. Diduga di ruangan inilah kitab atau gulungan ditulis dan disalin.

Dari berbagai temuan itu dan isi dalam gulungan, para arkeolog akhirnya menyimpulkan gulungan-gulungan itu dibuat dan disalin oleh sebuah sekte kecil Yahudi bernama Essenes.

Kelompok ini tampaknya menetap di Qumran pada masa pemerintahan Imam Besar Yahudi dan penguasa yang disebut John Hyrcanus I. Ia berkuasa antara 135 dan 104 sebelum Masehi. Apa yang terjadi setelah masa itu? Peneliti hanya bisa menduga-duga.

Salah satu pemikiran menyatakan bahwa pada 31 sebelum Masehi, setelah gempa hebat (yang memang terjadi pada waktu itu), sekte Essenes memutuskan bahwa mereka telah menerima perintah dari Tuhan untuk pergi ke pengasingan dan akhirnya beremigrasi. Teori ini dinilai cukup masuk akal karena jelas dari bukti arkeologi situs itu tidak lagi berpenghuni.

Masyarakat tinggal dan membangun kembali tempat itu sekitar empat Masehi. Pada tahun 68 atau 69, selama pemberontakan Yahudi pertama, pasukan Romawi yang kuat memulihkan ketertiban di Qumran. Saat itu, hanya setahun sebelum penghancuran Yerusalem oleh Titus.

Sekte Essenes dengan terburu-buru menyembunyikan gulungan-gulungan di tempat persembunyian di dekat mereka, yaitu di gua. Kemudian, mereka melarikan diri atau ada kemungkinan mereka dibantai. Permukiman mereka kemudian dihancurkan.

Bangsa Romawi yang tidak mengetahui adanya gulungan atau acuh tak acuh terhadap gulungan itu meninggalkannya di gua-gua. Hingga akhirnya datanglah seorang gembala penasaran 1.900 tahun kemudian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement