REPUBLIKA.CO.ID, CRIMEA -- Seorang pemimpin Muslim Tatar di Crimea memberi tahu Presiden Vladimir Putin keluarnya Krimea dari Ukraina untuk bergabung dengan Rusia akan melanggar perjanjian internasional karena Rusia, Inggris, dan Amerika telah bertekad untuk mempertahankan kesatuan Ukraina.
Seperti dilansir voanews.com, Jumat (14/3), salah seorang wakil paling senior Muslim Tatar, Mustafa Dzhemilev mengatakan kepada VOA ia memberitahu pemimpin Rusia itu bahwa suku Tatar sangat menentang aneksasi wilayah Ukraina oleh negara lain.
Banyak warga Tatar Crimea yang jumlahnya sekitar 12 persen dari populasi di semenanjung Laut Hitam itu sangat menentang penggabungan dengan Rusia dan ingin tetap berada dalam Ukraina. Crimea akan mengadakan referendum mengenai penggabungan dengan Rusia, setelah itu Crimea diperkirakan akan dengan cepat dimasukkan ke dalam wilayah Rusia.