Selasa 11 Mar 2014 13:27 WIB

Buku Islam, Bersaing Pikat Pembaca (Bagian-1)

 Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi

Keragaman produk membantu penerbit buku Islam bertahan.

JAKARTA -- Merintis jalan lewat penulis lokal. Strategi ini ditempuh Penerbit Almawardi Prima. Dari sekadar mencetak buku-buku zikir dan doa, kini penerbit yang dipimpin Afrizal Sinaro itu berkembang. Ragam buku keislaman mereka terbitkan.

Menurut Afrizal, semua memang berasal dari penulis lokal, Ustaz Mawardi Labay. Ciri khas ini tetap terjaga. Maknanya, penerbit lebih mengandalkan penulis lokal. ‘’Tidak selamanya buku terjemahan cocok dengan masyarakat Indonesia,’’ katanya, Rabu (5/3).

Lagi pula, kalau bukan penerbit dalam negeri yang menerbitkan karya penulis lokal, siapa lagi yang akan melakukannya? Demikian alasan lain Afrizal. Ia menambahkan, penulis lokal pun tak kalah hebat ilmunya dibandingkan penulis luar negeri.

Almawardi umumnya memilih penulis dari kalangan ulama yang memiliki jamaah. Selain kontennya memenuhi kebutuhan, sasaran penjualannya pun jelas. Karena pembaca buku Indonesia belum baik, buku yang diterbitkan menggunakan bahasa yang ringan.

‘’Di sinilah pentingnya berkomunikasi dengan penulis. Sebab, naskah buku adalah kerja sama penulis dengan penerbit,'' kata Afrizal. Soal buku best seller, ia mengaku pemilihan naskahnya memang tergantung feeling.

Sebab, tidak ada jaminan buku yang diprediksi bagus akan laris di pasar. Sebab, ini terkait erat dengan konten dan pemasarannya.

Ia menuturkan, fasilitasi dan kepedulian pemerintah terhadap buku Islam masih minim, termasuk soal distribusinya.

Buku, penerbit, dan penulis bertambah, tetapi jumlah toko buku sama saja. Pajak berlapis juga membuat harga buku masih dirasa mahal oleh masyarakat. Ia juga tak mempersoalkan kian banyaknya pemain masuk pasar buku Islam, termasuk penerbit umum.

''Silakan saja. Kita sama-sama berdakwah. Rezeki Almawardi tidak akan tertukar,'' kata Afrizal. Chief Editor Penerbit Republika Irwan Ariefyanto menjelaskan, dalam bisnis buku semua penerbit mempunyai spesifikasi tersendiri.

Meski menerbitkan buku dengan berbagai jenis, spesifikasi Penerbit Republika tetap buku-buku Islam. Ada juga penerbit yang memproduksi buku beragam. ''Kami pikir ini wajar saja. Penerbit jangan terbelenggu oleh jenis-jenis buku tertentu,'' katanya.

Pembaca buku Penerbit Republika juga jelas, Muslim. Mereka membaca bermacam buku, termasuk novel. Jika hanya satu jenis buku, penerbit justru jadi tidak berkembang. Padahal, potensi buku-buku bernuansa Islam juga besar.

Buku-buku yang memuat konten Islam pasarnya stabil. Tidak meledak, tapi tetap banyak yang mencari. Kita juga tetap butuh buku yang “meledakkan” pasar, misalnya seperti buku-buku karya Tere-Liye yang meledak dalam waktu tiga hingga enam bulan.

Menurut Irwan, tren buku di Indonesia juga tidak bisa ditebak, misalnya Harry Potter. Di Indonesia laku, tapi buku pertama dan keduanya saja, sisanya biasa saja. Jadi, yang dilakukan sejumlah penerbit, termasuk Penerbit Republika, adalah memperkaya jenis aliran buku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement