Senin 10 Mar 2014 17:18 WIB

Menyiasati Cuaca Panas pada Musim Haji (Bagian-2, habis)

Jamaah haji mendengarkan ceramah di Masjid Nabawi, Madinah.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jamaah haji mendengarkan ceramah di Masjid Nabawi, Madinah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Akbar

Pemerintah menambah fasilitas medis.

Kondisi cuaca panas dalam level ini masih memberikan rasa nyaman. Akan tetapi, di Arab Saudi, tingkat kelembapannya jauh berbeda dengan cuaca Tanah Air, yaitu mencapai 20-30 persen. “Panasnya tentu saja akan terasa sangat menyengat,” kata dia.

Untuk itu, Anasrul sangat menyarankan agar calon jamaah bisa melakukan proses aklimatisasi sejak awal di Indonesia.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan melakukan latihan jalan pada pagi hari dengan durasi menyesuaikan kemampuan dan usia.

Proses ini dapat dilakukan enam bulan sebelum keberangkatan. Lalu, sebulan sebelum berangkat, ia menyarankan calon jamaah haji mulai berlatih jalan ataupun lari pada siang hari.

Durasinya bisa setengah jam sampai satu jam. “Jika mampu, lakukan empat kali sepekan,” kata pria yang pernah menjadi wakil kepala daerah kerja di Jeddah, Makkah, dan Madinah ini.

Hal lain yang tak boleh dilupakan untuk persiapan selama di Tanah Air, kata Anasrul, yaitu mempersiapkan asupan gizi secara baik. “Ini akan sangat bermanfaat untuk membentuk daya tahan tubuh.”

Setelah tiba di Tanah Suci, ia menyarankan jamaah sebaiknya jangan terlalu memaksakan untuk segera beribadah ke masjid.

Upayakan, kata dia, untuk beristirahat tiga-empat jam. “Setelah itu, baru ke masjid,” kata pria yang menulis buku Sehat dan Mandiri dalam Berhaji dan Umrah ini.

Anasrul menambahkan lagi, sebaiknya para jamaah selalu memerhatikan asupan air yang masuk ke dalam tubuh.

Minimal dalam satu jam, kata dia, jamaah minum satu gelas. Sedangkan, dalam sehari, ia menyarankan agar bisa meminum air enam-delapan liter.

Untuk mengetahui jamaah mengalami gejala dehidrasi adalah minimnya buang air kecil. Ia sangat menyarankan, hindari diri mengalami dehidrasi. Kekurangan cairan itu bisa berakibat pada hilangnya fokus dan konsentrasi. “Ini membuat kita mudah tersesat,” kata dia.

Lantas, untuk menggantikan keluarnya keringat, Anasrul sangat menganjurkan agar jamaah asal Indonesia banyak mengonsumsi buah yang diolesi garam.

Di antaranya, apel, jeruk, maupun pisang, yang memiliki kandungan kalium yang tinggi. “Ini penting agar tidak keram otot,” kata dia.

Lebih lanjut, ia juga menyarankan supaya jamaah menghindari pakaian warna hitam. Gunakanlah, kata dia, pakaian berwarna terang, seperti warna putih, karena hal tersebut tidak akan menyerap panas.

Lalu, Anasrul meminta agar setiap jamaah bisa melindungi bagian tengkuk. Umumnya, orang Arab, kata dia, memakai serban. Ini perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan tubuh tetap terjaga.

Untuk itu, jika ingin keluar, jangan lupa untuk membawa payung. Jangan lupa pula menyiapkan handuk kecil dan semprotan air. “Perlengkapan ini membantu hadapi cuaca panas ekstrem,” ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement