Oleh: Erdy Nasrul
Niat yang lurus modal utama bagi murid.
Imam al-Ghazali pernah menulis kumpulan nasihat yang ditujukan kepada muridnya. Nasihat tersebut merupakan permintaan khusus sebagai bekal sang murid agar sukses dunia akhirat. Petuah bijak itu sedianya hanya lewat lisan, tetapi sang murid menginginkan kekekalan wasiat tersebut.
Tokoh yang berjuluk hujjat al-Islam itu akhirnya mengabulkan lewat karyanya yang berjudul Ayyuha al-Walad al-Muhib. Risalah ini juga dikenal dengan sebutan Ar-Risalah al-Waladiyah lantaran banyaknya kata waladdalam risalah tersebut.
Hal mendasar yang digarisbawahi tokoh bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i itu, Muslim menurutnya harus memiliki iman dan amalan yang soleh serta kejernihan jiwa. Apa yang ditulisnya merupakan kasih sayang kepada murid.
Walaupun surat ini pada mulanya ditujukan khusus untuk murid Imam al-Ghazali namun isi dan kandungannya berlaku untuk umum.
Bagi sosok yang tersohor dengan sebutan Algazel di Barat pada abad pertengahan itu, mereka yang sedang menuntut ilmu, perlu memahami untuk apa melakukan itu. Jangan sampai salah berniat.
Langkah awal dalam menuntut ilmu adalah niat yang baik. Niat seperti itu akan mengarahkan seseorang kepada ilmu yang bermanfaat, bukan sekadar memberikan pemahaman namun akhirnya tidak berguna baik bagi sendiri ataupun orang lain.
Menuntut ilmu bukan sekadar untuk menjadi pintar. Bukan pula untuk memarginalkan orang lain. Pengarang karya monumental bertajuk Ihya’ Ulumuddin ini mengingatkan, ketika berilmu maka seseorang memiliki beban tersendiri. Ia seakan ingin menasihati, tak ada gunanya berilmu jika ilmu yang didapat justru mencelakai orang lain.
Sungguh tak berguna jika ilmu yang didapat digunakan untuk kemaksiatan dan keangkuhan. Sebab, jika demikian adanya, sesungguhnya orang seperti itu adalah yang dimaksud dalam hadis berikut, “Orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat ialah orang yang berilmu namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya itu.”
Tokoh berdarah Persia itu kemudian menjabarkan ilmu bermanfaat ketika dimanfaatkan dengan benar. Orang yang memiliki ilmu tidak bermanfaat diibaratkannnya dengan suatu kondisi di medan pertempuran.