Kamis 06 Mar 2014 18:01 WIB

Masjid An-Nuur, Berpadunya Nuansa Eropa dan Timur Tengah (2-habis)

Masjid an-Nuur PT Bio Farma Bandung, Jawa Barat.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Masjid an-Nuur PT Bio Farma Bandung, Jawa Barat.

Oleh: Mohammad Akbar

Kontemplatif

Bukan sekadar penghias, replika pohon kurma ini juga menghadirkan nuansa kontemplatif yang menenangkan. Nuansa itu hadir lewat lampu-lampu yang diselipkan di antara bagian daun replika itu.

Nah, ketika lampu-lampu itu dinyalakan, berpendarlah warna kekuningan yang menumbuhkan nuansa kontemplatif bagi siapa pun yang memandang.

Pendaran warna kuning di masjid ini rupanya tak hanya berasal dari replika pohon kurma. Coba perhatikan di bagian tengah bangunan. Di sana terdapat 16 tiang berketinggian sekitar 2,5 meter yang terbuat dari tembaga.

Bagian atas tiang-tiang itu dihiasi lubang-lubang halus berbentuk bintang. Nah, dari lubang-lubang halus itulah berpendar cahaya lampu berwarna kuning.

Meski jumlahnya cukup banyak, tiang-tiang itu sama sekali tak mengganggu keindahan interior masjid. Sebaliknya,  tiang-tiang tersebut justru memberikan nilai tambah pada estetika interior.

Sebanyak enam tiang ditempatkan dalam posisi saling berhadapan di sisi kiri dan kanan. Boleh jadi, hadirnya tiang semacam ini merupakan salah satu bentuk evolusi baru bagi desain interior masjid di negeri ini.

Selain jajaran tiang dan replika pohon kurma, hal lain yang banyak menyedot perhatian adalah mihrab. Bagian ini tampil dengan bentuk yang cukup menarik. Dinding bagian atas mimbar dibuat meruncing. Sementara di bagian tengahnya terdapat  untaian aksara Arab bertuliskan:  Allah. Tulisan ini ditempatkan dalam bingkai segi delapan.

Pada dinding mihrab dihadirkan kaligrafi berbahasa Arab. Gaya kaligrafinya berbentuk kotak. Untaian kaligrafi itu rupanya tidak menempel pada satu bidang yang sama melainkan ditempatkan  dalam bingkai-bingkai berbentuk bujur sangkar. Ada bingkai yang  posisinya menonjol,  namun ada pula yang melesak agak ke dalam.

Bagian ini jadi semakin menarik untuk dipandang karena terdapat permainan warna yang apik. Ada hijau, biru tosca, putih, krem, dan kuning emas. Semuanya memberi estetika yang menawan bagi interior masjid ini. n ed: wachidah handasah

Lengkung ala Belanda

Sebagai masjid yang berada di kompleks Bio Farma, Masjid an-Nuur pun ingin tampak serasi dengan bangunan di sekitarnya.

Maka, seperti halnya gedung Bio Farma yang merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda, masjid yang memiliki luas bangunan 2.200 meter persegi inipun tak mau meninggalkan unsur-unsur desain arsitektur Eropa. Salah satunya hadir lewat pola-pola lengkung pada jendela.

Secara keseluruhan, masjid ini memiliki dua lantai. Di lantai dua, tak banyak ornamen seni yang dihadirkan. Layaknya lantai balkon atau mezanine, maka bagian ini lebih mengedepankan fungsi ruang untuk beribadah saja.

Untuk eksteriornya, masjid yang diresmikan penggunaannya pada 27 April 2012 ini memiliki atap berbentuk limas yang saling bertumpuk. Hanya saja, penyusunannya tidak mengikuti desain atap masjid tradisional di Tanah Air. Pada masjid ini, atapnya lebih mengikuti desain atap bangunan Bio Farma yang bernuansa tropis.

Melihat bagian luar masjid ini, tentu tak bisa melewatkan keberadaan menara. Menjulang setinggi 39 meter, menara ini dihiasi replika bulan sabit di bagian ujungnya. Dari menara inilah, panggilan shalat berkumandang lima kali sehari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement