Kamis 06 Mar 2014 14:37 WIB

Hojas Albania versus Hojas Arab (1)

Muslim Albania melaksanakan shalat Idul Fitri di Kota Tirana.
Foto: Reuters/Arben Celi
Muslim Albania melaksanakan shalat Idul Fitri di Kota Tirana.

Oleh: Teguh Setiawan

Reislamisasi Albania diwarnai pertarungan kelompok moderat dan radikal, atau kelompok pro-Turki dan pro-Arab. Madrasah dikuasai kelompok pro-Arab, pemerintah Albania membangun universitas untuk memproduksi ulama moderat.

Dalam sebuah video berdurasi lima menit, seorang ulama berjanggut tebal—mengenakan jubah putih dan topi hitam—berceramah di sebuah jalan di Tirana, ibu kota Albania. Jauh di belakangnya, sebuah masjid tanpa kubah dengan menara khas Turki berdiri megah.

Setelah sekian menit berceramah dalam Bahasa Albania, serombongan anak-anak berbagai usia berlarian ke arahnya. Ia memanggil salah satunya dan berdialog sejenak. Si penceramah meminta anak muda itu melantunkan salah satu ayat pendek dalam Alquran.

Tidak diketahui kepan video ini dibuat dan dipublikasikan lewat Youtube. Yang pasti, pembuat video ingin menyampaikan pesan betapa Islam—setelah lebih dua dekade sejak kejatuhan rezim atheis Enver Hoxha—telah sepenuhnya kembali ke Albania.

Islam tidak hanya dianut generasi tua Albania, seperti ditulis banyak media Barat, tapi juga diajarkan ke generasi muda. Islam memperoleh kembali pijakannya di masyarakat Albania, dan sedang menuju masa depannya.

Masjid Ethem Bey bukan lagi satu-satunya tempat ibadah bagi Muslim di Tirana, karena puluhan lainnya tumbuh di sekujur ibu kota dalam dua dekade terakhir. Diperkirakan saat ini terdapat 500 masjid di seluruh Albania.

Namun, jumlah itu masih terlalu kecil dibanding yang dihancurkan—atau diubah menjadi gudang—oleh rezim atheis sepanjang 1970-an, yang diperkirakan mencapai 1.200. Satu-satunya yang selamat dari penghancuran adalah Masjid Ethem Bey karena keindahan arsitektur dan nilai sejarahnya yang luar biasa.

Hampir seluruh masjid yang muncul setelah 1990, atau sejak berakhirnya rezim atheis, dibangun oleh organisasi-organisasi Islam dari Timur Tengah. Organisasi-organisasi itu juga membiayai perjalanan haji ratusan bahkan mungkin ribuan Muslim Albania, serta memberi beasiswa kepada generasi muda yang ingin belajar ke Arab dan negara-negara Islam lainnya.

Generasi pertama Muslim Albania yang belajar ke luar negeri, lebih tepatnya yang berangkat sepanjang paruh pertama 1990-an, kini menjadi ujung tombak pengajaran Islam di kalangan generasi muda. Mereka mengurus masjid, mengorganisasir pengajian, menggelar zikir, dan ritual-ritual lainnya, serta mengelola madrasah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement