Kamis 06 Mar 2014 09:15 WIB

Muslim Dihantui NYPD

Muslim Amerika Serikat sedang menunaikan shalat Jumat di Gedung Capitol Washington
Foto: Heri Ruslan/Republika
Muslim Amerika Serikat sedang menunaikan shalat Jumat di Gedung Capitol Washington

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ferry Kisihandi

Kenangan masa lalu menghinggapi komunitas Muslim di Potsdam dan Clarkson, New York, AS.  Bukan kenangan manis tetapi sesuatu yang mengkhawatirkan. Mereka merasa mungkin saja kembali menjadi target aksi mata-mata Departemen Kepolisian New York (NYPD).

Perasaan was-was ini mengemuka setelah pengadilan federal mementahkan tuntutan terhadap NYPD. Komunitas Muslim menganggap pengawasan oleh NYPD melanggar hak sipil. Namun, putusan pengadilan pada 21 Februari 2014 tak melegakan bagi Muslim.

Pengadilan menyatakan aksi memata-matai yang dilakukan NYPD tak melanggar hak komunitas Muslim. Sejak peristiwa serangan gedung World Trade Center, 11 September 2001, kepolisian agresif mencegah aksi terorisme.

NYPD menyelidiki masjid dan seluruh komunitas etnik. Agen-agen yang menyamar memantau laman asosiasi mahasiswa Muslim di lebih 15 universitas. Berdasarkan laporan Associated Press, sejak 2012  NYPD mengawasi aktivitas online Muslim di Clarkson dan Potsdam.

‘’Saya benar-benar tak paham alasan untuk datang ke sini,’’ kata mahasiswi Clarkson University, Saira Bakshi seperti dikutip North Country Public Radio (NCPR), Senin (3/3). Ia memang baru pindah ke Clarkson belum lama ini namun tetap merasa khawatir jadi target.

Saat terjadi serangkaian pengawasan di Clarkson dan Potsdam, Bakshi belajar di Rutgers University, New Jersey. Ia mengatakan, ada tiga ribu mahasiswa di Clarkson. Sangat aneh, para mahasiswa yang sangat aktif dicurigai melakukan gerakan politik radikal.

NYPD beralasan, puluhan orang ditangkap dengan tuduhan terroris baik di AS maupun di luar wilayah AS aktif di perkumpulan mahasiswa. Jadi, mereka akan tetap memantau perkumpulan mahasiswa di universitas-universita New York.

Menurut Bakshi, polisi memelihara pandangan yang salah terhadap agamanya. Sebab, setiap Muslim yang pernah ia temui setia terhadap negaranya, AS. Mereka menolak aksi terorism. ‘’Tak ada tempat untuk terorisme dalam ajaran agama kami,’’ ujarnya.

Tarik Matallah, pengurus sebuah masjid di Potsdam, tak begitu merisaukan tindakan NYPD. Ia merasa selama di Potsdam tak pernah diinterogasi polisi. Muslim lain yang ia temui berharap tak ada penyadapan saat khotbah Jumat.

Namun, bagi Matallah kalau memang NYPD melakukan penyadapan biarkan saja.’’Mereka hanya menjalankan tugas.’’ Darby Morrisroe, profesor di St Lawrence University menyatakan cara yang ditempuh NYPD bermasalah.

NYPD berargumen untuk mencegah munculnya jaringan terorisme maka harus lebih mengenal komunitas Muslim. ‘’Pendekatan semacam ini problematik,’’ katanya. Sebab polisi akan terus melakukan pengawasan hanya pada komunitas tertentu, yaitu Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement