REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah
JAKARTA — Pengelolaan wakaf mengantarkan umat Islam memiliki banyak fasilitas. Amelia Fauzia dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Badan Wakaf Indonesia mengatakan banyak masjid, madrasah, dan fasilitas publik lainnya berasal dari aset wakaf.
Mestinya, kata dia, semakin hari pengelolaan wakaf di negara ini kian maju. Apalagi, potensi wakafnya sangat besar. Dia mengaku meski masih tertinggal namun sekarang muncul kesadaran lebih besar memanfaatkan wakaf dengan lebih baik.
Saat ini, sebaiknya tak sekadar fokus pada wakaf tanah. Wakaf produktif harus mulai dikembangkan secara serius. “Aset wakaf di Indonesia saat ini bernilai lebih dari Rp 1.100 triliun,” kata Amelia, Kamis (27/2).
Pada 2006, tanah wakaf di Indonesia berjumlah 404.676 dengan luas 1.849.771.348 meter persegi dan jumlah sertifikat 304.662. Pada 2010 tanah wakaf di Indonesia berjumlah 415.980 dengan luas 2.171.300.341 meter persegi dan jumlah sertifikat 280.654.
Pada 2012, tanah wakaf di Indonesia berjumlah 420.003 dengan luas 3.492.045.373 meter persegi dan jumlah sertifikat 282.321. Tahun lalu, tanah wakaf di Indonesia berjumlah 428.535 dengan luas 3.993.536.769 meter persegi dan jumlah sertifikat 287.026.
Ketua Majelis Wakaf Muhammadiyah Irsyadul Halim mengatakan persyarikatan telah mengembangkan wakaf produktif. Salah satu bentuknya adalah amal usaha yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, kesehatan, dan dakwah.
Tanah wakaf yang Muhammadiyah miliki tak terbengkalai. Di atas tanah itu, dibangun sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit. Selain itu, berdiri pula panti asuhan, masjid, dan mushala. “Kami juga mendirikan penginapan,” kata Halim.
Sampai saat ini, tanah wakaf yang dikelola Muhammadiyah jumlahnya sekitar 9.886 bidang dengan luas 2.281 hektare. Menurut Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa (DD) Ahmad Juwaini, selama sepuluh tahun terakhir wakaf produktif digencarkan.
Juwaini mengatakan, sebenarnya lahan makam juga bisa diproduktifkan apalagi sekolah. Dia pernah mengajukan ide membangun apartemen dan pusat perbelanjaan di atas tanah makam. Jadi, pemakaman berada di basement. Di atasnya dibangun apartemen dan mal.
Namun, sampai sekarang belum ada yang mempraktikkannya di Indonesia karena masih muncul pro dan kontra. Padahal, itu salah satu pengembangan wakaf produktif.
Salah satu wakaf produktif milik DD, yakni Sekolah Al Syukro Universal, nilainya empat juta dolar AS. Selain itu, Sekolah Semen Cibinong milik Holcim dengan nilai 3,3 juta AS dan Gedung Warda (Pusdiklat) senilai dua juta dolar AS.