Sabtu 01 Mar 2014 20:43 WIB

Kaum Muda Harus Melek Politik (2-habis)

Deklarasi kampanye tolak politik uang di Plaza Teater Jakarta (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Deklarasi kampanye tolak politik uang di Plaza Teater Jakarta (ilustrasi).

Oleh: Mohammad Akbar

Ence Surahman, aktivis mahasiswa Universitas Diponegoro menilai, pendidikan politik yang dilakukan parpol itu masih sebatas iklan-iklan saja.

“Kalau pengaderan di tingkat mahasiswa sepertinya masih belum dilakukan. Partai itu hanya mendekati kaum muda itu pada masa-masa pemilu saja.”

Ence mengakui saat ini kesadaran berpolitik mahasiswa lebih banyak dicurahkan lewat organisasi ekstra kampus. Ia pun menyebut organisasi semacam PMII, HMI, serta sejumlah organisasi kemahasiswaan lainnya.

Lantas seperti apakah partai yang ideal bagi kaum muda tersebut? Ence mengatakan, sebagai seorang Muslim, ia menginginkan partai-partai tersebut bisa menerapkan nilai-nilai keislaman.

“Bukan hanya sekadar simbol, melainkan bagaimana nilai-nilai tersebut tergambar. Secara garis besar, partai-partai Islam yang ada sekarang ini sudah ada yang memperlihatkannya,” kata mantan ketua Lembaga Dakwah Kampus Undip ini.

Pendidikan politik kepada generasi muda menjadi sebuah keharusan. Diperkirakan pada pemilihan presiden pada tahun depan akan ada 50 juta jumlah pemilih pemula dari kaum muda.

“Kalau sebuah partai bisa meraih seluruh suara pemilih pemula, tentunya ini suara yang akan sangat signifikan,” kata Faozan Amar, Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia.

Baitul Muslimin Indonesia merupakan salah satu sayap dari sebuah parpol kontestan Pemilu 2014. Faozan mengatakan, para pemilih pemula ini memiliki idealisme yang tinggi dibandingkan para pemilih yang sudah tua. Para pemilih pemula ini, kata dia, umumnya menginginkan masa depan Indonesia 100 tahun ke depan.

“Akhirnya, mereka juga sangat selektif dalam memilih partai. Sebaliknya, para kelompok tua. Biasanya mereka terjebak membanggakan masa lalu mereka,” kata salah satu pimpinan Pengurus Pusat Muhammadiyah itu.

Dengan jumlah suara yang besar tadi, Faozan sangat meyakini, jika sebuah partai kontestan Pemilu 2014 bisa meraih suara mereka maka akan bisa dipastikan meraih kemenangan.

“Nah, di sinilah tantangan besar kepada para pengurus partai bagaimana bisa menarik pemilih pemula ini mau menggunakan hak suaranya secara cerdas. Jika ada sebuah partai mampu meraih suara dari pemilih pemula ini, saya yakin partai tersebut akan bisa menang,” paparnya.

Dari hasil riset yang dilakukan sejumlah lembaga, Faozan mengatakan, para pemilih pemula ini memiliki rentang usia dari 17-23 tahun. Lalu untuk pendidikan, kata dia, minimal kelas 3 SMA hingga perguruan tinggi.

Sedangkan, sebagian besarnya adalah pekerja di sektor informal. “Dari sini partai tentunya harus bisa membuat program-program yang mampu membuat para pemilih muda itu tertarik kepada mereka.”

Walau partai masih belum sepenuhnya melakukan pendidikan politik, namun Faozan melihat mesin partai itu sebenarnya sudah berupaya memberikan tempat kepada kaum muda untuk terlibat aktif di partai.

Ia menyebut seperti Banteng Muda Indonesia dari PDI Perjuangan, Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) milik Golkar, ataupun PPP dengan Angkatan Pemuda Ka'bah. “Tapi, sekali lagi organisasi-organisasi tersebut harusnya bisa terlibat aktif melakukan pendidikan politiknya kepada generasi muda,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement