REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Islam secara tradisi tidak dekat dengan masyarakat Inggris. Namun, Islam telah menjelma menjadi komunitas agama terbesar kedua di Britania Raya. Ini ditandai dengan ribuan masyarakat Inggris yang memutuskan menjadi mualaf.
Pakar Studi Perbandingan Agama dan Filsafat, Annie Thompson menilai Islam dipilh lantaran sebagian masyarakat Inggris terlanjut frustasi dengan moral yang ditawarkan sekularisme. Mereka menjadi rindu pada kehadiran suasana religius.
"Dan Islam menawarkan lebih dari sekedar percaya kepada Tuhan, Islam menawarkan panduan hidup sehingga mereka bisa memahami kehidupan," kata dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (27/2).
Data terakhir menyebut, populasi Muslim Inggris hanya 2.7 persen dari populasi total. Namun, beberapa studi yang dipublikasi belum lama ini menyimpulkan ada satu perubahan besar dalam masyarakat Inggris, dimana perubahan itu adalah persatuan dan kepatuhan terhadap agama mereka. Yang lebih penting lagi, Islam bisa beradaptasi mulus dengan peradaban barat.
Di Brighton, East Sussex misalnya, Masjid Al Madinah telah menambah bangunan baru dari bangunan awal. Mereka membagi pelaksanaan shalat Jumat menjadi dua sesi, satu hal yang menandakan betapa besar semangat berislam Muslim Inggris. Apa yang dicapai Masjid Al Madinah serupa dengan masjid-masjid lainnya.
Hussein Ali Al Bogheti, Cendikiawan Muslim asal Yaman, yang sempat mengunjungi Inggris pada dekade 90-an memamparkan Islam memiliki integritas ajaran yang menarik minat generasi baru Inggris. "Islam menawarkan jawaban dan kebenaran yang kuat. Narasi yang menyatukan jiwa dan pikiran," ucapnya.
Lisa Hamilton , insinyur sipil dari Bournemouth, mengaku menjadi hal yang biasa ketika seorang anak yang lahir di Inggris, mengetahui bahawa orang tuanya ateis. Meski mulus melalui transisi menuju individu dewasa, ada hal yang kurang yakni spiritualitas.
"Ketika saya mengunjungi Tunisia, saya mendengar Adzan. Dalam panggilan itu, saya tidak pernah mendengar panggilan mengingat Tuhan seindah ini," kata dia.
Sejak itu, Lisa mulai mendalami Islam. Ia pelajari berbagai literatur, termasuk Alquran. Pada puncaknya, Lisa menemukan kebahagiaan dan ketenangan pikiran. Satu hal yang ia rindukan. "Iman itu hal yang sedikit lucu, butuh keyakinan hati dan pikiran. Islam telah menjawab pertanyaan saya akan kebutuhan kekuatan spiritual dan ketenangan pikiran," ucapnya.
"Yang menarik, bagi keluarga saya, Islam seperti bukanlah hal asing. Mereka mulai menerima keputusan saya menjadi Muslim," kata dia.