REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Astrolobe bentuk awal sistem GPS.
Mariam merupakan salah seorang mujahidah yang sangat sedikit sekali dikisahkan dalam sejarah. Mariam merupakan seorang wanita berprestasi dalam dunia astronomi. Hal ini dikisahkan dalam bibliografi oleh Al Fihrist Ibnu al-Nadim.
Mariam al-Astrolabiya al-Ijliya hidup pada abad ke-10 di Aleppo, Suriah. Dia merupakan ilmuwan yang namanya dikenal karena merancang dan membangun astrolabe.
Astrolabe merupakan instrumen global positioning yang menentukan posisi matahari dan planet-planet. Instrumen tersebut digunakan untuk keilmuan astronomi, astrologi, dan horoskop.
Astrolobe juga digunakan untuk mengetahui waktu dan sebagai navigasi dengan cara mencari lokasi berdasarkan lintang dan bujur. Sedangkan, bagi umat Muslim astrolobe digunakan untuk menentukan kiblat, waktu shalat, dan awal Ramadahan serta Idul Fitri.
Astrolobe dikenal dengan ponsel pintar kuno. Saat ini, kita mengenal astrolobe sebagai versi modern Global Positioning System (GPS).
Kerajinan astrolobe sangat berkembang pesat pada abad kesembilan hingga 10. Teknik ini pun tidak sembarang orang dapat menguasainya.
Ketika itu, orang yang ahli dalam membuat astrolobe disebut sebagai insinyur mesin. Mariam merupakan wanita pertama yang dikenal sebagai insinyur mesin dalam bidang astronomi.
Tapi, belum banyak artikel atau ulasan yang mengisahkan insinyur astronom wanita pertama dalam masa awal kebangkitan Islam.
Meskipun sangat sedikit disebutkan, kisah Mariam sangat dikenal di Eropa. Di kalangan ilmuwan Eropa, Mariam mendapat julukan al-Astrolobe. Dia merupakan seorang wanita Muslimah pemberani dan canggih dalam dunia ilmu pengetahuan.
Akibat keahliannya dan kepintaraanya, banyak ilmuwan Eropa yang berkiblat padanya. Sehingga, ilmu astronomi dapat berkembang pesat seperti saat ini.
Kesuksesan Mariam di bidang Astronomi tak lepas dari peran ayahnya. Ayah Mariam merupakan seorang pegawai yang membuat astrolobe terkenal di Baghdad.
Ayah Mariam dikenal dengan gelar al-Ijliya al-Usturlabi. Teknik merancang astrolobe yang dimilikinya merupakan sebuah rahasia.
Ayahnyalah yang menjadi guru utama Mariam untuk membuat astrolobe. Tapi, Mariam membuat desain dan teknik pembuatannnya lebih rumit dan inovatif.
Dia dan ayahnya pun dipekerjakan penguasa kota. Ketika itu, Aleppo dikuasai Sayf al-Dawla yang memerintah pada 944-967.
Ilmu astronomi yang dikuasai ayahnya secara tradisi memang selalu diturunkan kepada anaknya. Secara turun temurun, keluarga Ijliya memang selalu membuat alat yang berkaitan dengan astronomi.
Setelah mengetahui rahasia profesinya itu, Mariam diajak ayahnya untuk berguru ke orang yang sama. Mereka berguru pada Bitolus bersama 16 orang insinyur lainnya.
Namun, tidak diketahui di mana dan kapan guru astronomi tersebut berada saat Mariam dan ayahnya berguru. Dalam kisahnya, Bitolus justru merupakan ahli astronomi yang paling terkenal.
Nama al-Ijli diambil dari nama Bani Ijli. Sebuah suku yang merupakan bagian dari Bani Bakr, salah satu Bani Arab dari Rabiah.
Sehingga, Mariam dan keluarganya awalnya merupakan penghuni Najd, di tengah Arabia. Tapi, mereka bermigrasi karena menjadi salah satu Badui yang harus berpindah hingga perbatasan selatan Mesopotamia.