Senin 24 Feb 2014 05:49 WIB

Bisnis Toko Buku Belum Banyak Dilirik

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah buku-buku Islami terpajang di salah satu toko buku di Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah buku-buku Islami terpajang di salah satu toko buku di Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis toko buku belum terlalu diminati oleh para pemilik modal. Membuka toko buku jadi kesempatan baik bagi pemodal sehingga jaringan toko buku bisa lebih luas.

"Jika toko buku banyak, penerbit bisa mencetak banyak, lebih semangat, lebih bervariasi dengan harga lebih murah," kata Direktur Akbar Media M Anies Baswedan saat ditemui dalam karnaval soft opening Islamic Book Fair (IBF) 2014 di Jakarta, Ahad (23/2).

Menurut dia, distribusi buku kurang merata, sehingga peredaran buku pun jadi terbatas. Ini merupakan peluang masyrakat yang ingin memanfaatkan bisnis buku.

Sementara Penerbit Bumi Aksara coba menjangkau daerah dengan membuka kantor perwakilan di daerah. Diakui perwakilan Penerbit Bumi Aksara Edi Zuarman jika mengandalkan distribusi buku melalui toko buku besar, memang sulit karena ada pembatasan waktu.

"Jadi memang harus terjun langsung ke masyarakat, ke perpusatakaan atau pameran buku di daerah," kata Edi.

Toko buku online sebenarnya baik, tapi masyarakat yang bisa mengakses masih sedikit. Pertumbuhan toko buku online pun belum pesat. "Ini dilema. Di beberapa daerah ada pusat-pusat penjualan buku yang diminati masyarakat, tapi kondisinya kurang berkembang," kata Edi.

Ia menyebut kawasan perbukuan Buah Batu di Bandung dan Plauran di Yogyakarta. Jika itu dikelola baik dan dikembangkan, keduanya bisa jadi pusat buku rakyat yang bagus. Tapi sayang, tidak semua daerah punya seperti itu. Di Jakarta, kawasan buku Senen pun mulai sedikit meredup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement