REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga mantan wakil presiden Jusuf Kalla berharap pondok pesantren bisa mengajarkan keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat.
"Keseimbangan itu diperoleh jika masyarakat sejahtera. Sejahtera diperoleh jika ekonomi tumbuh," ujarnya saat memberikan motivasi pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah se-Indonesia di Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (22/2).
Rakornas sendiri digelar sejak Jumat (21/2) hingga Ahad (23/2). Kalla bahkan mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW giat di dunia ekonomi, yaitu berdagang sebelum dia menikah dan menyebarkan agama Islam.
Bahkan, kata dia, pendiri Muhammadiyah, KH A Dahlan juga seorang pedagang batik sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah. Menurut Kalla, jika bicara tentang ekonomi maka harus bicara juga tentang meningkatkan nilai tambah. Nilai tambah hanya bisa diitingkatkan dengan teknologi. Dan teknologi dihasilkan dari ilmu.
Hal inilah yang harus dipahami oleh pesantren. Ilmu yang diajarkan di Ponpes Muhammadiyah harus bisa mendidik anak lebih kreatif, menghargai ide, memiliki motivasi yang kuat dan keberanian. "Itu modal dasar wirausahawan, sehingga siswa pesantren bisa menjadi wirausaha."
Pesantren, kata Kalla, juga bisa melakukan terobosan dengan mengundang pengusaha-pengusaha untuk memberikan motivasi pada santrinya. Pesantren juga bisa mencari celah melalui kerja sama dengan pengusaha tersebut.
"Tidak ada pedagang yang lulus karena teori sekolah, pedagang itu terbuka. Mereka terbentuk di lapangan. Ini yang harus dibentuk oleh pesantren," ujarnya.