REPUBLIKA.CO.ID, Aisyah Cook dibesarkan dalam tradisi gereja Inggris. Ketika memasuki sekolah menengah, ia mulai mempertanyakan tentang agama. "Aku tidak paham mengapa kita butuh agama," ucapnya seperti dilansir onislam.net, Jumat (21/2).
Menurut Aisyah, banyak hal yang tidak bisa dipahaminya, seperti masalah anak Tuhan, dosa turunan dan kesalahan Siti Hawa atas semua kejahatan dunia. "Aku banyak bertanya, tapi saya percaya pada Tuhan, dan saya masih berdoa kepada-Nya meski tak lagi di gereja," ucap dia.
Suatu waktu, Aisyah bertemu dengan seseorang yang tengah mempelajari Islam. Selama hidupnya, ia belum pernah mendengar apa itu Islam. Hanya ucapan, Assalamualaikum, saja yang mungkin ia dengar. Tapi ia memahami itu hanya sebatas, ucapan salam orang Arab.
Efek dari keinginan temannya mempelajari Islam mendorong Aisyah untuk mencari tahu. Ia mulai pencarian itu dengan menyambangi perpustakaan. "Aku mencoba untuk membaca literatur tentang Islam, semisal Nation of Islam," ungkapnya.
Setelah Nation of Islam, Aisyah membaca literatur tentang haji. Yang ia ingat, rasa kagum terhadap Muslimah berjilbab. Aisyah menyimpulkan Islam punya perhatian khusus kepada perempuan. "Aku pikir perhatian ini sangat menganggumkan," kata dia.
Akhirnya, usai empat tahun mendalami ajaran Islam melalui literatur yang dibacanya, Aisyah mulai berniat untuk menjadi Muslim. Menurut Aisyah, Islam adalah agama yang tidak membeda-bedakan umatnya hanya berdasarkan ras atau warna kulit. Umat Islam menghargai persaudaraan dengan Alquran dan Hadist sebagai pemersatu.
"Sampai sekarang perhatian umat Islam kepada saya tidak berkurang. Mereka masih memperlakukan saya seperti keluarga," kata dia.
Diakui, Aisyah banyak hal yang mesti dilakukannya seperti membaca Alquran. Ia menyadari, pemaknaan ajaran Islam lebih utama guna menjadi Muslim yang utuh. "Aku selalu bertemu dengan orang-orang yang selalu membantu. Mereka paham betul, aku butuh proses untuk mencapai komitmen itu" kata dia,
Enam bulan setelah bersyahadat, Aisyah mencoba untuk memakai jilbab. Hari pertama memakainya, Aisyah merasa damai. Ia tak lagi takut berpergian dengan hijab, sekalipun ke mall. Usai berhijab, langkah lainnya adalah ia menjalani puasa Ramadhan dengan sempurna. "Satu hal pasti, Allah selalu ada bagi saya," kata dia.