REPUBLIKA.CO.ID, TUBAN -- Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal menegaskan pondok pesantren di Indonesia bukan sarang teroris melainkan institusi penebar rahmat ke seluruh penjuru dunia.
Menurut Dino, anggapan orang dan pihak luar yang menyebutkan pesantren sebagai sarang teroris adalah keliru besar.
Dia mengatakan lagu mars pesantren As Salam yang dinyanyikan dalam tiga bahasa tidak hanya menunjukkan pesantren As Salam terbuka dengan dunia luar, juga menunjukkan keunggulan santrinya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
"Saya yakin jika Duta Besar Amerika dan negara negara luar diundang ke sini (pesantren As Salam) mereka akan memandang Islam sebagai rahmatan lil alamin," ujarnya.
Menurut dia, kehidupan santri As Salam jauh lebih baik dari pelajar di Amerika, terutama dalam soal disiplin. Di Ponpes As Salam menurut Dino santrinya lebih disiplin daripada pelajar di Amerika yang lebih bebas dan individualistis. "Anak-anak Indonesia tidak pernah kalah bersaing dengan anak dari bangsa lain," katanya.
Islam moderat
Dino menilai demokrasi dan Islam di Indonesia adalah dua hal yang berjalan beriringan. Selain itu menurut dia, negara-negara lain mengagumi Islam di Indonesia karena dinilai moderat dan berpikiran terbuka.
Menurut dia, para santri pondok pesantren harus melihat dirinya sebagai tiang-tiang peradaban Islam dunia yang unggul.
"Abad 21 bisa menjadi kebangkitan Islam karena ekonomi dan politik di beberapa negara Islam semakin baik setelah kejayaan Islam abad 13 masehi. Kebangkitan itu karena ada semangat perbaikan," tegasnya.
Dalam acara tersebut juga dihadiri pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren As Salam KH Muhaimin Tamam dan ratusan santrinya.
Dino dan rombongan sempat menginap di pesantren tersebut sejak Sabtu (14/2) malam sebelum melanjutkan perjalanan ke beberapa pesantren di Jombang, Jawa Timur dan berziarah ke makam Abdurahman Wahid (Gus Dur).