Sabtu 15 Feb 2014 15:11 WIB

Di Kobe Syiar Islam Kian Berkibar (2-habis)

Umat Islam melaksanakan shalat di Masjid Kobe, Jepang.
Foto: Irssm.org
Umat Islam melaksanakan shalat di Masjid Kobe, Jepang.

Oleh: Afriza Hanifa

Meski merupakan minoritas, Muslimin di Kobe dapat menjalankan ibadah dan bersosialisasi dengan baik. 

Warga Jepang pada umumnya dapat menerima perbedaan budaya sebagai aspek warna-warni dunia.  Orang Jepang pun memahami bahwa budaya lain sebenarnya tak jauh berbeda dari budaya mereka sendiri.

Makanan halal

Makanan halal juga bukan sesuatu yang sulit didapatkan di Kobe. Banyak pengusaha makanan yang menyediakan menu halal untuk Muslimin. Bahkan, ada sebuah toko makanan halal yang dapat dipesan secara online.

Komunitas Islam di Kobe juga tak menemui kendala dalam hal pemakaman. Sebab,  pemerintah setempat memberikan fasilitas dalam  hal tersebut. Saat ini, Kobe menjadi satu-satunya wilayah di Jepang yang memiliki pemakaman Muslim. Di wilayah Jepang lain, Muslimin masih dirundung kesulitan dalam hal pemakaman.

Di antara berbagai kemudahan itu, komunitas Muslim Kobe rupanya masih memiliki beberapa kendala. Salah satunya terkait penggunaan jilbab bagi Muslimah. Hanya karena berjilbab, Muslimah sulit mendapat pekerjaan.

Ketika sudah bekerja pun, karyawan Muslim sulit mendapat dispensasi waktu untuk menunaikan shalat.

Masjid Muslim Kobe

Inilah masjid kebanggaan Muslimin Kobe. Masjid pertama di Jepang ini sekarang menjadi pusat kegiatan Islam di kota tersebut.

Memandangnya sekilas saja, mudah bagi kita untuk mengenali masjid ini yang mengaplikasikan desain arsitektur Turki. Masjid yang memiliki dua menara dan satu kubah megah ini dihiasi dengan ukiran dan ornamen khas Turki.

Sejak berdirinya, masjid garapan arsitek Ceko, Jan Josef Svagr ini dipimpin oleh imam-imam berkualitas. Mereka umumnya merupakan lulusan Universitas al-Azhar, Mesir. Mohamed Shamguni adalah imam pertama masjid ini.

Masjid yang berlokasi di kawasan Nakayamate-dori, Chuo-ku, Kobe, tersebut juga dilengkapi bangunan pendukung yang dimanfaatkan untuk sekolah Alquran bagi anak-anak, dakwah Islam, kajian keislaman, serta tempat untuk menggelar kegiatan komunitas Muslim Kobe.  Bangunan tersebut memiliki beberapa ruang kelas dan aula yang luas.

Selain fungsinya yang sangat penting dalam mengembangkan Islam di Kobe, masjid ini juga dikenal karena ''ketangguhannya''. Sejarah mencatat, Masjid Muslim Kobe tetap berdiri kokoh di tengah guncangan gempa dahsyat dan hujan bom.

Pada pengujung Perang Dunia II, Jepang menjadi sasaran  bom atom pihak sekutu. Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak akibat bom itu.  Namun, tak hanya di dua kota itu. Kobe pun menjadi target hujan bom tentara sekutu.

Nah, ketika bom menghancurkan nyaris seisi kota Kobe, Masjid Muslim Kobe tetap berdiri tegak. Hanya bekas asap hitam yang tertoreh di dinding luar masjid. Bahkan, para tentara Jepang pun berlindung di masjid ini ketika hujan bom mengharu-biru seisi Kobe.

Ketika gempa bumi dahsyat mengguncang kota ini pada 1995, Masjid Muslim Kobe kembali menunjukkan keperkasaannya.  Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter tersebut merenggut ribuan nyawa dan menghancurkan lebih dari 45 ribu bangunan.

Di tengah reruntuhan bangunan di sekelilingnya, Masjid Agung Kobe tetap berdiri tegak. Tak heran, masjid ini kemudian dijadikan tempat pengungsian dan penyelamatan para korban

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement