Sabtu 15 Feb 2014 13:31 WIB

Di Kobe, Syiar Islam Kian Semarak (1)

Umat Islam melaksanakan shalat di Masjid Kobe, Jepang.
Foto: Irssm.org
Umat Islam melaksanakan shalat di Masjid Kobe, Jepang.

Oleh: Afriza Hanifa

Meski minoritas, Muslimin Kobe dapat beribadah dan bersosialisasi dengan baik.

Islam di Jepang terbilang masih sangat baru. Dibanding negara Asia lain, Islam dikenal paling akhir di negeri matahari terbit tersebut. Baru pada sekitar akhir abad ke-19, Jepang bersentuhan dengan agama rahmatan lil 'alamin ini.

Selain Tokyo, ada kota lain yang menjadi titik awal dikenalnya Islam di negeri Sakura, yakni Kobe. Seperti namanya, yang berarti Gerbang Tuhan, Kobe menjadi gerbang awal masuknya Islam di negeri timur Asia tersebut.

Selain menjadi kota terbesar kelima di Jepang, Kobe memiliki posisi yang amat strategis. Berada di kawasan Kansai, Prefektur Hyogo, Kobe di masa lalu menjadi tempat berkumpulnya para pedagang.

Saat ini pun Kobe menjadi salah satu kota metropolitan Jepang bersama Kyoto dan Osaka. Kobe menjadi saksi sejarah panjang Jepang, termasuk sejarah awal mula masuknya komunitas Muslim di Jepang.

Muslimin Kobe bermula dari para imigran Turki-Tartar yang tiba di Jepang di tengah berkecamuknya Perang Dunia I. Mereka hijrah dari Rusia yang diguncang revolusi Bolshevik dengan pimpinan Stalin yang komunis dan ateis, ke Jepang.

Samir Abdel Hamid Nouh dalam Komunitas Muslim di Jepang  mengatakan, Turki-Tatar adalah imigran yang berasal dari Kazan, Tatarstan, dan Bashkirstan (kini Bashkortostan).

Mereka tiba di Kobe dan Tokyo pada 1927, lalu membentuk komunitas Muslim pertama di Negeri Sakura. Meski demikian, jumlah mereka tidaklah seberapa. Belakangan, datanglah para pedagang India dan Arab yang sukses menjalankan bisnis di Kobe.

Dari komunitas Muslim India dan Arab inilah, Islam kemudian berkembang pesat di kota seluas 552 kilometer persegi itu. Mereka bergabung dengan imigran Muslim dari Turki-Tartar dan hidup damai di Kobe. Hari demi hari, makin banyak jumlah umat Islam di Kobe. Keinginan untuk membangun masjid pun muncul. 

Saat itu seorang saudagar kaya raya asal Kalkuta, India, Ferozuddin, menyumbang dana besar untuk pembangunan masjid. Maka, berdirilah Masjid Muslim Kobe pada 1935 sekaligus menjadi masjid pertama di Jepang.

Berdirinya masjid ini berdampak sangat positif bagi perkembangan Islam di Kobe. Syiar Islam kian gencar. Tak sedikit warga setempat yang kemudian memeluk agama Islam. Alhasil, jumlah Muslimin di kota ini kian bertambah.

Sejauh ini, belum ada data pasti mengenai jumlah Muslimin di kota berpenduduk 1,5 juta jiwa itu. Bahkan, untuk jumlah keseluruhan di Jepang pun tak ada data yang akurat. Beberapa sumber menyebut, Muslim di negeri ini berjumlah satu banding 10 ribu penduduk Jepang.

Sementara sumber lain menyebut, Muslim di Jepang mencapai 70 ribu dengan 90 persennya merupakan imigran. Adapun Pew Research  menyatakan, jumlah Muslim di Jepang mencapai 183 ribu.

Terlepas dari simpang siur dalam hal jumlah, Muslimin amat eksis di Kobe. Mereka tergabung dalam Asosiasi Muslim Jepang Kobe atau Kobe Muslim association of Japan (KMAJ) dengan Masjid Muslim Kobe sebagai pusat aktivitas mereka.

Tak hanya beribadah, mereka juga mengkaji ilmu-ilmu Islam di sana. Anak-anak Muslim belajar membaca Alquran dan bahasa Arab di kelas-kelas yang dibangun di sebelah masjid. Para mualaf pun mendapat bimbingan di masjid tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement