Jumat 14 Feb 2014 14:42 WIB

Fukushima Toshiya: Islam Mengubah Jalan Hidup Saya (2-habis)

Rep: C54/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Menghadapi sikap suaminya yang semakin konfrontatif terhadap Islam, Asni benar-benar patah arang.

Perasaannya semakin lemas ketika seseorang di ujung saluran telepon mengabarkan bahwa proyek yang mereka nanti-nantikan tidak bisa terealisasi. Asni semakin bingung menghadapi suaminya.

Namun, menyerah tidak ada dalam kamus perempuan berdarah Batak Karo itu. Dia yakin, kalau manusia terus berikhtiar, Tuhan niscaya akan memberikan jalan.

Terbukti, beberapa saat berselang, oleh orang yang sama dia dikabari proyek bisnis mereka disepakati. Hal itu menjadi keajaiban kecil dalam hidup Asni yang selalu dia ingat.

Asni melanjutkan, perlahan suaminya mulai benar-benar tertarik mempelajari Islam. Lelaki yang sudah berpetualang ke lebih dari 30 negara di dunia itu mengenal Islam lebih dalam dari kawan-kawan pria Asni yang pernah tinggal di Jepang.

Para mantan ekspatriat itu rupanya lebih paham gaya mendiskusikan Islam dengan orang Jepang seperti Fukushima. Oleh mereka, Fukushima dikenalkan pada Alquran beraksara Jepang.

Cerita unik tentang Fukushima membuat Republika ingin mengonfirmasi langsung pada orangnya. Ketika melihat yang bersangkutan sedikit senggang, Republika memintanya bercerita. Dengan bahasa Inggris patah-patah khas orang Jepang, pria yang memiliki nama Islam Muhammad Thosi itu mengaku hidupnya berubah setelah mengenal Islam.

Fukushima bercerita, hal yang paling dia sukai dari Islam adalah ajaran bahwa Tuhan itu satu. Konsep yang berbeda dengan agama-agama lain yang dia kenal. "Islam benar-benar mengubah jalan hidup saya," tutur pria berkacamata itu dengan wajah antusias.

Dengan bangga, Fukushima mengaku kini dia telah berhenti minum alkohol, judi, bahkan merokok. Sejumlah kebiasaan yang pernah begitu lekat dengan hidupnya.

Asni menambahkan, suaminya itu sekarang rajin menjalankan shalat lima waktu serta membaca Alquran.

Di luar urusan keyakinan, menurut Asni, sebenarnya dia dan sang suami memiliki cara pandang yang cocok tentang berbagai hal. Salah satunya, keduanya percaya bahwa hidup cukuplah sederhana dan yang terpenting adalah menikmatinya. Tak heran, kendati hidup tak berlimpah materi, keduanya mengaku merasa damai dan bahagia.

Pasangan paruh baya itu kini tinggal di Tangerang. Sehari-hari, Asni sibuk mengajar, sementara sang suami mengerjakan sejumlah pekerjaan paruh waktu, dari mulai membantu Asni di sekolah dengan menjadi instruktur bahasa Jepang, memberikan layanan pijat sihatsu, hingga menghadiri berbagai undangan acara yang memintanya menjadi juru shodo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement