Ahad 02 Feb 2014 10:11 WIB

UMM Gandeng Malaysia-Kamboja Kaji Wakaf

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Djibril Muhammad
Tanah wakaf berwujud masjid
Foto: Agung Supriyanto Republika
Tanah wakaf berwujud masjid

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wakaf merupakan masalah krusial bagi negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia.

Untuk itulah, tiga institusi Islam di Asia Tenggara yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia (AMA), dan Yayasan Musa Asia (YASMA) Kamboja berupaya mengupas topik wakaf pada seminar bertajuk 'The Third International Seminar on Islam in Asia 2014' di Auditorium UMM di Malang, Jawa Timur (Jatim).

Direktur Program Pascasarjana UMM Dr Latipun MKes mengatakan, sebelumnya kegiatan serupa yaitu seminar internasional tentang Islam di Asia seri pertama dan kedua telah dilangsungkan di Kamboja dan Malaysia. Seminar internasional tersebut merupakan hasil kerja sama tiga institusi ini.

"Karena itu, UMM berinisiatif menjadi tuan rumah seminar seri ketiga ini agar kegiatannya juga bisa diadakan di Indonesia," kata Latipun seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (1/2).

Sementara itu presiden AMA Malaysia Prof Dato Dr Nik Hassan Suhaimi Nik Abdul Rahman menyebut bahwa kerja sama tiga institusi ini akan sangat produktif bagi pengembangan isu-isu Islam di Asia.

Menurut dia, sangat banyak masalah unik yang dihadapi negara Muslim di Asia yang tidak pernah dialami sebagian besar masyarakat dunia. Sehingga, seringkali tidak terjamah pendekatan ilmiah.

"Di sinilah relevansi kerja sama ini, agar kita dapat membedah isu-isu yang benar-benar sesuai dengan konteks kebutuhan praktis masyarakat kita dan dengan pendekatan ilmiah," ujarnya.

Sementara itu Kepala YASMA Kamboja Prof Madya Dr M Zein Musa menyatakan, dipilihnya UMM sebagai partner kegiatan kali ini sangat tepat. Ini mengingat UMM merupakan kampus Muhammadiyah terbesar di Indonesia. “Sebagaimana diketahui, masalah wakaf ini sangat dekat dengan Muhammadiyah.

"Saya banyak belajar tentang Muhammadiyah, dan saya tahu, organisasi ini mendapat banyak manfaat dari hibah dan wakaf," katanya.

Selain pakar dari AMA dan YASMA, yang juga menjadi pembicara pada seminar internasional ini yaitu guru besar hukum Islam dari internastional Islamic University Malaysia (IIUM) Prof Madya Dr Azman Mohd Noor, pakar wakaf dari Australia Robert John Pope.

Selain itu, beberapa akademisi dari UMM, yaitu Prof Dr Syamsul Arifin MSi, Prof Dr Tobroni, Dr Moh Nurhakim, dan Ainur Rofiq PhD juga mengikuti kegiatan seminar ini.

Seminar ini tidak hanya diikuti perwakilan dari Indonesia, Malaysia dan Kamboja, namun juga sejumlah akademisi dan praktisi dari Thailand, Australia dan Filipina.

Ke depannya, kata Zein Musa, kerja sama ini akan berkembang dan diperluas meliputi berbagai komunitas dan institusi Islam di berbagai belahan Asia yang peduli terhadap perkembangan isu-isu khas masyarakat Muslim, khususnya di lokalitas Asia Tenggara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement