REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Hujan lebat yang turun setiap hari sejak Jumat malam (17/1) membuat air Sungai Citarum dan Cibeet meluap. Banjir pun tak terelakkan.
Ketinggian air yang mencapai 2,5 meter membuat rumah dan perkebunan sawah warga di Dusun Mujiyah, Desa Mekar Mulya, Kecamatan Teluk Jampe Barat, Karawang, Jawa Barat, terendam banjir. Akibatnya, sekitar 328 keluarga harus mengungsi dan tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Merespons musibah ini, Dompet Dhuafa (DD) Jawa Barat (Jabar), dan para tim relawan binaan Dompet Dhuafa Jabar yang tergabung di Komunitas Sejuta Tangan mulai bergerak sejak Kamis (18/1).
Dengan aksi tanggap darurat, mereka mendirikan posko, dapur umum, dan layanan kesehatan bagi para pengungsi dampak banjir.
DD menerjunkan dua tim yang terdiri atas 10 orang. Ada tim yang bertugas mengevakuasi warga di desa Mujiyah tersebut ke tempat aman di posko-posko yang sudah disiapkan aparat desa.
“Ada juga satu posko yang kami sediakan,” jelas Kordinator Lapangan Dompet Dhuafa Jabar, Yudha, Selasa (28/1), dalam keterangan pers yang diterima Republika.
Yudha menuturkan, saat mengevakuasi warga, kondisi di pengungsian cukup baik. Evakuasi dilakukan ketika debit air belum meninggi sehingga banyak warga yang mempersiapkan diri dengan membawa perlengkapan pokok seperti selimut, pakaian, dan alas tikar.
Layanan yang dilakukan hanya evakuasi serta pemberian makanan siap saji serta sembako. Perinciannya yakni makanan siap saji 200 pak dan sembako untuk keperluan 328 kepala keluarga.
Lalu, ada sumbangan pakaian empat karung dengan kondisi bukan baju bekas, tetapi baju yang baru. “Ini semua sumbangan dari donatur,” terangnya.
Menurut rencana, tutur Yudha, pihaknya akan membuat program Advokasi Bebas Renternir dalam menanggulangi masalah yang terjadi di dusun tersebut.
Termasuk program peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. ”Kita sedang koordinasikan dengan warga setempat,” kata dia.
Karawang merupakan salah satu daerah yang setiap tahunnya mengalami musibah banjir. Dusun Mujiah merupakan salah satu dusun terpencil dari 15 dusun di Kecamatan Teluk Jampe Barat.
Yudha menambahkan, secara demografi, 20 persen warga Mujiyah adalah pedagang, 20 persen buruh tani, dan 60 persen buruh pabrik batu bata merah.
Mereka berpenghasilan Rp 60 ribu per hari dengan jam kerja dari pukul 08.00-17.00 WIB. Banjir mengurangi pendapatan mereka. Kondisi tersebut sudah berlangsung hingga dua pekan.