Kamis 30 Jan 2014 14:20 WIB

Tobat Seorang Pembunuh

Tobat (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Tobat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mahmud Yunus

Sejumlah firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW menjelaskan alangkah kejinya menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja dan tanpa hak.

Sebagai buktinya sebut saja Syamsuddin adz-Dzahabi dalam bukunya Al-Kabaair yang menghimpun 75 dosa besar, memosisikan menghilangkan nyawa orang (membunuh) pada urutan nomor dua setelah menyekutukan Allah.

Allah berfirman, “Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya Jahanam, dia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS an-Nisaa [4] : 93).

Firman lainnya, “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina. Barang siapa melakukan yang demikian itu niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya; (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada Hari Kiamat dan dia kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina; kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh, maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Fuqaan [25] : 68 – 70).

Allah pun berfirman, “Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil: barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS al-Maaidah [5] : 32).

Rasulullah bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh macam dosa besar, yaitu (di antaranya) membunuh orang lain yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan alasan yang hak.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis lain menyatakan, “Janganlah kalian menjadi kafir sepeninggalku dengan cara (kalian) membunuh sebagian yang lain.” (HR Bukhari dan Muslim).

Beliau juga bersabda, “Barang siapa membunuh seorang mu’ahid maka dia tidak akan dapat mencium aroma surga. Padahal, aromanya itu dapat tercium sejauh 40 tahun perjalanan.” (HR Bukhari).

Menyimak beberapa ayat dan hadis tersebut, jelaslah menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja dan tanpa hak itu sangat besar risikonya.

Apabila ada di antara kita yang melakukan pelanggaran ini, niscaya akan mendapatkan laknat Allah dan di akhirat akan mendapatkan azab yang sangat pedih.

Dalam sebuah hadis sahih dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah pernah mengisahkan sebuah kejadian menarik. Dahulu kala, ujar Rasulullah, ada seorang yang pernah menghilangkan 99 nyawa sesamanya. Suatu hari dia menyesali perbuatannya dan bertekad bertobat.

Lalu, dia mencari informasi ke sana kemari kalau-kalau ada orang alim yang sekiranya bisa memberinya jalan ke luar. Kala itu dia diberitahu, di suatu tempat ada seorang ahli ibadah (rahib).

Tanpa membuang-buang waktu dia segera mendatanginya dan menceritakan semuanya, dia pernah membunuh 99 orang tidak berdosa.

Dia bertanya, “Masihkah pintu tobat terbuka bagi diriku?” Rahib menjawab, “Tidak. Kamu sudah terlambat.’’

Mendengar jawaban tersebut dia pun kesal dan serta-merta membunuh Rahib. Alhasil, dia telah membunuh 100 orang. Dia punkembali mencari informasi lainnya, siapa tahu ada orang yang lebih alim. Ternyata ada.

Orang itu pun segera menemuinya dan menceritakan semuanya seperti halnya kepada Rahib. Kata orang itu dengan bijak, “Bagimu masih terbuka pintu tobat”. Akan tetapi, orang itu harus hijrah ke negeri yang kebanyakan penduduknya berakhlak terpuji.

Dia juga diminta tidak kembali ke negerinya karena di sana kebanyakan penduduknya berakhlak tercela. Singkat cerita dia pun berangkat menuju negeri yang ditunjukkan. Namun, dia menemui ajalnya di perjalanan.

Konon, dua malaikat, yakni malaikat rahmat dan malaikat azab, berdebat tentang status orang tersebut. Karena tiap-tiap malaikat memegang teguh pendiriannya maka persoalan seakan-akan menemui jalan buntu.

Hingga akhirnya datanglah malaikat ketiga yang mengusulkan untuk mengukur jarak yang sudah ditempuh orang itu. Kalau lebih dekat dengan negeri yang dituju, itulah untuknya. Setelah diukur ternyata lebih dekat ke negeri yang ditujunya. Maka, dibawalah roh dia oleh malaikat rahmat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement