REPUBLIKA.CO.ID, Dari beberapa riwayat, Nabi Daud dan Nabi Isa as juga pernah dihadapkan pada fenomena penampakan Malaikat Maut itu. Kisah sakratulmaut itu belum seberapa bila dibandingkan dengan sakratulmaut itu sendiri. Sakratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian yang terbebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna manusia ini memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang.
Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah SAW berkata: ''Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang terkoyak?''
Tapi di bagian lain Rasulullah -- seperti yang dikisahkan oleh Al-Hasan -- pernah menyinggung soal kematian, cekikan, dan rasa pedih. ''Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang,'' sabda beliau. Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT bertanya kepada Ibrahim: ''Bagaimana engkau merasakan kematian wahai kawanku?'' Beliau menjawab, ''Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik.''
''Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,'' firman-Nya. Tentang sakratulmaut, Nabi SAW bersabda, ''Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit kematian, dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain seraya berkata 'Sejahteralah atasmu; sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat kelak'.'' Ustadz Aam Amirullah, da'i Radio OZ Bandung, menuturkan bahwa Rasulullah saw sendiri menjelang akhir hayatnya berucap ''Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya sakratulmaut'' berulang hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan masuk surga.