REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengirimkan mahasantri setingkat mahasiswa ke Maroko. Pengiriman mahasantri ini bagian dari program beasiswa shortcourse studi Islam dari Ditjen Pendidikan Islam Kemenag.
Setidaknya ada 35 mahasantri yang diambil dari STAINU yang akan dikirim ke beberapa negara di Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk Maroko, Tunis dan Lebanon.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama, Ace Saepuddin mengatakan beasiswa mahasantri STAINU ke beberapa Universitas di Maroko seperti Universitas Ibnu Thufail dan beberapa universitas lain di Tunis dan Lebanon merupakan kerjasama penting dalam pendidikan Tafaqquh fiddin.
"Kita perlu terus menjalin jembatan kerjasama pendidikan agama dengan negara-negara ini," kata Ace kepada Republika, Kamis (23/1).
Ia mengungkapkan santri dan mahasiswa Indonesia perlu menjalin kerjasama pendidikan dengan negara seperti Maroko. Karena selama ini belum banyak yang paham bahwa Maroko juga bagian dari pengembangan ilmu agama Islam yang penting, termasuk salah satu pengembangan kitab terkenal Jurumiyah yang berasal dari Maroko.
Selain itu, pengiriman santri dan mahasiwa ke Timur Tengah ini tetap harus dilakukan walapun kondisi politik yang seringkali tidak stabil.
"Semakin banyak mahasiswa Indonesia melanjutkan studi Islam di wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah maka kualitas lulusan studi Islam di Indonesia pun semakin berkualitas," ujarnya.