REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi
Sebuah petisi dilayangkan ke Gedung Putih. Pengirimnya, sejumlah siswa Muslim dari Great Falls, Virginia, Amerika Serikat (AS).
Mereka mendesak sekolah-sekolah negeri mengakui hari libur Muslim. Petisi dikirim melalui laman resmi milik Gedung Putih.
Semua bermula saat Sumayyah McTaggart, siswi kelas delapan dari Great Falls, Iman Hazer dari Dunn-Loring, dan Fatima Dandashi mengikuti kelas di Compas Homeschooling Enrichment di Oakton. Ketiga siswi ini berada di kelas yang sama.
Mereka memperoleh tugas untuk menuliskan sebuah petisi ke pemerintah. Isi petisi terkait isu yang mereka anggap penting.
Ketiga siswi tersebut memutuskan menyampaikan petisi mengenai hari libur Muslim. Terutama hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
McTaggart menceritakan, petisi ini terinsipirasi kampanye Montgomery County Equality4Eid. Selain itu, pengalaman mereka menjadi pendorong pula untuk mengirimkan petisi. Mereka harus masuk sekolah saat Hari Raya Id. Karena itu, hari raya mestinya menjadi libur resmi.
“Kami bertiga sudah saling kenal, biasanya kami bertemu di masjid. Kebetulan kami berada di kelas yang sama dan sepakat agar ada pengakuan hari libur Muslim,” kata McTaggart, seperti diberitakan Onislam, Rabu (15/1).
Salah satu bagian petisi berbunyi, seiring tumbuhnya populasi Muslim di AS, sudah masanya hari libur Muslim diakui sekolah-sekolah secara nasional. Siswi dan staf sekolah Muslim berharap mempunyai kesempatan sama seperti pemeluk keyakinan lain.
“Kami meminta Presiden Barack Obama mendukung petisi ini dan meningkatkan inklusifitas di bangsa yang besar ini,” demikian bunyi petisi tersebut. Hingga Rabu (15/1) pagi, petisi menuai 34 ribu dukungan dari seluruh AS.
Tenggat perolehan dukungan minimal jatuh 16 Januari 2014 waktu setempat. Petisi diajukan pada pertengahan Desember tahun lalu. Sebuah petisi akan memperoleh respons bila mendapatkan 100 ribu dukungan, sebulan setelah diajukan.
McTaggart sangat berharap petisi ini membuahkan hasil. Ia membayangkan dapat merayakan Id di rumah. Selama ini ketika Id, ia harus pergi ke sekolah. “Saya tak bisa ikut shalat Id. Padahal, saya suka sekali mendengarkan khotbah Id.”
Hal yang sama dialami Fatima Dandashi. Ia berdoa agar Gedung Putih memberikan responsnya. “Kami membayangkan, Id menjadi hari libur dan hari itu tak harus pergi ke sekolah,” katanya.
Juru Bicara Council on American Islamc Relation (CAIR) Ibrahim Hooper mendukung langkah ketiga siswi itu. “Saya pikir, ada dorongan secara nasional agar ada pengakuan hari libur Muslim di sekolah,” ujarnya, seperti dikutip Christian Post, Selasa (14/1).
Menurut Hooper, banyak siswa Muslim yang belajar di sekolah negeri. Petisi ini bagian dari ekspresi keinginan untuk berdialog. Mereka, ia mengatakan, mendesak agar isu hari libur Muslim memperoleh perhatian serius dari pemerintah.