Ahad 19 Jan 2014 02:31 WIB

Memahami Hakikat Alquran (1)

 Jamaah membaca Alquran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (10/7).  (Republika/Agung Supriyanto)
Jamaah membaca Alquran di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (10/7). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, Kitab suci bagi umat Islam ini merupakan kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya (QS Asy Syuraa [26]:192-195). Alquran sebagai kitab Allah menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Kata Alquran berasal dari kata kerja qara'a yang berarti membaca dan bentuk masdar (kata dasar)-nya adalah Quran yang berarti bacaan. Alquran dengan makna bacaan dinyatakan oleh Allah dalam beberapa ayat, antara lain dalam surah-surah al-Qiyamah ayat 16-18, al Baqarah ayat 185, al Hijr ayat 87, Thahaa ayat 2 dan masih banyak lagi.

Alquran mempunyai beberapa nama, di antaranya adalah Kitab Allah, al-Furqan yang berarti pembeda antara yang benar dan bathil (QS al Furqan [25]:1), az-Zikir yang berarti peringatan (QS al Hijr [15]:9) dan at-Tanzil yang berarti diturunkan (QS Asy-Syuraa [26]:192) dan lainnya.

Para ulama berbeda pendapat tentang hakikat Alquran. Imam al Ghazali dalam kitab al-Mustasfamin 'Ilm al-Usul (suatu kitab yang membahas masalah usul fikih), menjelaskan bahwa hakikat Alquran adalah kalam yang berdiri pada Zat Allah SWT yang kadim (tidak bermula).

Menurut mutakalimin (ahli teologi Islam), hakikat Alquran adalah makna yang berdiri pada Zat Allah SWT. Adapun golongan Muktazilah, hakikat Alquran adalah huruf-huruf dan suara yang diciptakan Allah yang setelah berwujud lalu hilang dan lenyap. Dengan pandangan ini, kaum Muktzilah memandang Alquran sebagai ciptaan Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement